Monday, December 31, 2012

Di penghujung tahun, ada gadis kecil
Bermain gitar, di bawah gerimis
Dipetiknya angin
Dilantunkannya bahagia
Sejenak
Menggumam angin, tersenyum kedinginan
Merunduk, disimpannya gitar
Berdoa kemudian, sebentar
Yang ia tahu, Tuhannya baik. Dunianya manis
Semanis gula gula kecil yang ia selipkan di tangan kanannya


Sunday, December 30, 2012

Jalan-jalan

Aku menjelajah langit malam dengan kelepak elang,
Lalu meteor memutuskan ekor dan ikut hilang
Menyelam malam
Ada kerinduan yang sedikit melipit; di sana
Dalam lipatan-lipatan gelap
Ada ayunan yang terombang-ambing, mengajakku
Bermain
Dan lupa waktu
Hingga menit menit dilelang, di pasar
Detik detik digadai
Semua berlomba dengan fana
Sementara aku masih berayun-ayun, melihat balariung-balariung
Kalap kalap ricuh
Mereka takut mengendur, menua, mengecil
Tiada

Friday, December 21, 2012

Proposal II


“lagian kan kamu belum tentu mau di tattoo apa.”
“iya, aku cuma mau di tattoo nama itu doing, kalau bentuknya tulisan.”

“aku juga mau nama itu..”
……

Sebelumnya, aku belum pernah mau dan selalu ragu untuk membagi cerita bagian itu kepada siapapun. Kepada episode-episode sebelumnya, bahkan, mencoba untuk ingin mengenalkan cerita itu pun, aku tidak pernah mau. Atau mungkin, belum sepenuhnya percaya.

Tapi kenapa kamu begitu yakin? Kau Si Pengecualian yang Paling Indah yang dibawaNya lewat takdir untukku, sepertinya, ah bukan! Jangan ‘sepertinya’,

Sudah seharusnya. 

Adamu membuatku bukan ingin mengenalkan, tapi dengan kedatanganmu sendiri yang sepaket dengan kebahagiaan yang mengalir dari berbagai cara, bagian itu dengan rela menceritakan dan  membagi kepercayaannya sendiri.

“aku juga mau nama itu.”

Katakan padaku bahwa memang kalimat nyinyir dari negeri utopia “terlalu indah untuk jadi nyata”, benar adanya. Kali menulis ini pun harus beberapa kali hapus-ketik pikir-ulang untuk merangkai keseluruhan kalimat dan paragraf. Jika kau baca dan kau lihat seksama,  mungkin ada beberapa kerumpangan dan kerancuan yang kau temui.  Tapi aku tidak peduli, sama sekali. Memang benar, jika indah dan kebahagiaan itu membuncah dan melampaui semua yang pernah ada, kau tidak memiliki satu kata pun untuk merangkum untuk jadi selebih pengertian. Karena memang bukan untuk dimengerti.
Untuk kau rasakan saja. 

Benar aku dititik kebahagiaan, dan sejumput rasa syukur yang kuaduk pas. Lalu kutuang sekalimat doa untukNya, berharap proposal sebelumnya diterima. Lagi-lagi doa yang sama.

Lihat,
Sebegitunya kah? Hingga aku memutuskan untuk menyerah menulis semuanya. Karena memang aku tidak punya kata-kata lagi, untuk saat ini.

Tuhan, tuhan.
Ku harap Kau tidak akan pernah bosan untuk doa yang selalu sama. Untuk harapan yang tidak pernah ingin mati. Ku harap Kau tidak marah untuk nada yang sedikit memaksa. Atau untuk keinginan yang terlihat… Ah, tapi aku memang ingin dia, Tuhan.

Memang, yang aku inginkan.


Sunday, November 25, 2012

Selamat Datang, Selamat Kematian

"bisakah kamu diam di sana? tepatnya jauh jauh di belakang, karena masa lalu bukanlah hal yang harus di ingat-ingat melulu.

ataukah harus kupaksa kamu duduk manis?
duduk di antara ingatan ingatan yang akan dibuang dan sedang antri berbaris, kalau kau masih ingin berjalan-jalan saja, bolehkah ku tusuk kedua bola matamu dengan keris?
Lalu kedua tanganmu ku borgol hingga kau kesakitan hingga meringis

sanggupkah kau jatuh tenggelam tenggelam lalu menjadi tiada?
karena untuk apa hidup jika terus menyakiti perasaanku terutama, atau bila kau mau, kutenggelamkan kau sampai napasmu megap-megap, pengap. lalu kau mati kembung dimakan ikan di lepas samudra sana
Secepatnya

tolong, kau wanita yang tampaknya baik hatinya,
tampaknya -luarnya saja
yang;kelihatannya..
tolong, bisakah kamu menjauh dari semua tentang apa yang menjadi milikku, dan apa yang akan terus ku cemburui, dan apa yang akan terus kulindungi, dan apa yang akan terus kusterilisasi (dari kamu), dan apa yang akan terus ku jauhi dari kamu, dan apa yang akan terus kuhindari dari keberadaanmu, dan apa yang akan terus menjadi kebahagiaanku, dan apa yang akan terus menjadikanku egois, dan apa yang akan terus menjadikanku posesif, karena dia milikku satu satunya,
Dia cintaku
Dalam ceritaku
Dia masa-masa yang menjadi akanku
Dan selalu


sebut aku kekanak-kanakkan, sebut aku belum cukup dewasa, panggil aku si pencemburu ulung, sebut aku terlalu menggilainya, katakan aku sebegitu membencimu.
karena jika aku mencintai seseorang, dan sesuatu mengganggu, dan itu terlalu,
jangan sampai kau dengar aku menyapa selamat datang
Jangan sampai kau berkilah bahwa aku belum pernah mengingatkan. Kurang cukupkah?
dengan mata terpicing, dadaku gemuruh sesak dan tinggal emosi yang ada.
Perang?
Bukan. Karena sebelum kau menyerang, kau kalah telak dengan jiwa terkoyak, bahkan tak sempat kau ucapkan selamat tinggal, untuk kelancanganmu yang semaunya saja datang.

sebentar lagi, jangan sampai telingamu mendengar aku berbisik selamat datang, dan menciummu dengan kematian. atau mau kusambut kau dengan cara apa saja? apa saja.
apa saja
apa-saja

***

Gadis itu benar benar marah sekarang, bisa kulihat kedua bola matanya membesar, bulat hitamnya jadi merah darah. alisnya menyipit, keningnya berkerut. Disobeknya boneka beruang yang biasa menghias malam-malam sebelum tidurnya, hingga mata dan tangan lepas jadi dua bagian. Kapas-kapas berhamburan, isi boneka kesayangannya dalam hitungan detik jadi hujan dalam kamar.
Gadis itu benar benar marah sekarang. Dicarinya sepasang sepatu, bergegas
Ia keluar pintu, di tengah malam yang bintangnya muncul satu-persatu.

Ia terkikik, tertawa sepanjang sinar lampu jalan, teringat apa yang telah dilakukannya belum cukuplah mampu membuat si pengganggu itu jera dan menderita.

Ia tahu kemana Ia akan melangkah, kemana keterburu-buruannya seiring dengan kemarahannya yang menderu.
Hingga sampailah Ia di depan jendela, bungkus bungkus eskrim berserakan, berkotak-kotak coklat menutupi sebagian rak buku yang jelas terlihat. Ada stetoskop tergantung, ada beberapa kadaver yang baunya tengik. Ia menutup hidung dari luar, merapatkan kaki, sedikit jinjit. Ia menghirup bau kadaver dan mengintip ke dalam. Oh, rupanya sedang tidur pulas. Mata gadis itu kembali memerah, amarahnya meluap, membanjir, sebelum Ia menjelma menjadi sejilat api, sebelum Ia...

***

Selamat datang. Aku si pencemburu ulung.

"Menyambutmu dengan cara apa-saja"


*kembali menulis cerita pendek, setelah sekian lama, kembali menggunakan diksi-diksi yang cukup remaja.

Friday, November 23, 2012

Proposal

Aku meminta seluruh alam semesta, termasuk takdir, untuk menjaga kamu. Untukku.

17 November 2012. 02.22

Tuesday, November 20, 2012

Selamat Pagi

Memang tidak akan pernah bisa mencintai seseorang tanpa pernah sedikitpun terluka

Yang dirasakan sekarang adalah bagaimana menghargai hidup berdua dan semua terasa sempurna karena keberadaannya. Merasa bahagia, karena ku habiskan semua waktu hanya untuknya. Menghargai dunia berdua dan semua terasa sempurna karena seiring seirama. Karena dengan napasnya aku berani menjejak langkah yang belum pernah kutelusuri sebelumnya. Karena lewat matanya, aku bisa melihat kemurnian semesta. Karena lewat amarahnya, aku belajar mengerti berbagi lebih dari empati. Karena lewat diamnya, aku mengerti keheningan yang akan terus memakan waktu. Karena lewat tawanya, setiap kata yang bicara jadi bernada. Karena lewat lelahnya, aku ternyata manusia yang kehadirannya sangat dimakna. Karena lewat tangisnya, aku menjadi lebih tahu bahwa aku diinginkan. Ada yang tidak mau kehilangan. Karena lewat masa lalunya, aku bisa mensyukuri, aku bisa belajar untuk rendah hati, yang nanti, semua akan terlupa dan berhenti untuk menyesali. Karena lewat kekurangannya, aku bisa belajar mencintai dengan lapang dada, dengan ikhlas. Mencintai yang memang tak ingin balas kasih. Karena dengan adanya kau, Aku diberi bahagia sekaligus untuk membahagiakan.


Memang tidak akan pernah bisa mencintai seseorang tanpa pernah sedikitpun terluka.

“lalu kau mau apa?” 
“kenapa baru bilang?”
Dan aku menangis malam itu, hingga gelap melumat pagi dan waktu menggiring fajar.

Aku diberi bahagia sekaligus untuk membahagiakan. Ajari aku untuk sepenuhnya percaya, bahwa luka masih bisa membuatku yakin kau tak akan pernah kemana-mana.

Kau mengubah semua fantasi menjadi realita yang untuk pertama kali, tak dapat kuterjemah. Kau menjelma menjadi bait-bait sajak tua sederhana yang acapkali kubaca. Dan aku seakan menjadi penyair yang terkelabui fiksi. Kau menjadikanku sebegitu bahagia. Sampai tak bisa kupilah mana imaji, tak dapat kupilih mana yang ilusi


***




Ini pagi kau masih pulas tertidur di samping, tanganmu kadang bergerak kecil untuk sekedar mencari, -aku di sini, kau harus selalu tahu.
Napasmu naik turun, kuperhatikan seluruh kamu. Dan ajaibnya, cinta bisa semakin gila hanya sekedar mendengar udara yang kau hembus jadi melagu. Lalu kuusap pipimu pelan, dan tanganmu melingkariku sekarang.
Lelahmu jadi penghias wajah yang tak pernah kau rapikan. Dan entah bagaimana, itu membuatku semakin yakin bahwa rasaku jatuh pada orang yang tak salah. Dan ajaibnya, cinta bisa semakin ada hanya sekedar melihat sisa tenaga di  antara kelopak mata yang menanggalkan duka.


Ketika kamu aku, melebur menjadi satu.
Aku diberi bahagia sekaligus untuk membahagiakan. Ajari aku untuk sepenuhnya percaya, bahwa luka masih bisa membuatku yakin kau tak akan pernah kemana-mana.

Andai kau tahu seberapa besar aku takut kehilangan.

Aku hanya takut kehilangan.

Sesaat kau bangun dari tidurmu, lalu kedua kelopak matamu membuka perlahan, menangkapku yang sedang memerhatikanmu sedari tadi. Kau tersenyum.

ketika pertama kali, jiwamu ingin selalu, dekat dengan jiwaku yang belum bisa menerjemahkan segala..


“selamat pagi.”

Wednesday, November 14, 2012

Cemburu

Hai, aku ada beberapa permintaan.

Boleh aku minta belati untuk aku tusuk tepat di jantung hati? Supaya suara degupan itu tidak mengganggu dan tidak pernah ada lagi.
Boleh aku minta panah untuk busurnya kubidik tepat dimata? hingga retinamu keluar dari kelopak, dan pupilmu jatuh di tanah?
Boleh aku minta bawakan senapan dan membiarkan butir pelurunya bersarang di otak? tepatnya di tengkuk belakang, sehingga dalam sepersekian detik kau kuberi waktu untuk menghirup sedikit ingatan yang sengaja kau kekang?
Boleh aku cabik-cabik seluruh daging yang ada di pipi, sehingga untuk tersenyum pun muka manismu tak mampu, atau lebih baik lagi, semua perlahan membusuk, lalu burung gagak menghampiri dan dengan lahapnya kawanan itu menggerogoti merah segar yang bercokol dan membentuk serupamu
hai, gadis.
Boleh aku sayat semua keindahan yang pernah ada? boleh ku robek perlahan, ku kuliti pembuluh darah dan kutarik syaraf-syarafnya hingga darah menyemburat dan kau tak lagi merasa ngilu?
Atau yang termudah,
Boleh kuberi minumanmu racun lalu kutatap matamu, sampai airmukamu tercekik dan busa tertumpah dari mulut? Lalu kunikmati semua kesakitanmu dengan segelas anggur yang isinya airmata karena kau sembilu
Atau bolehkah aku culik? Lalu kubuang di tengah jalan, atau kutendang ke jurang, atau kucakar wajahmu dengan nafsu yang meluap
Atau boleh aku tusuk dan ku bilah-bilah semua bagian di jiwamu
Yang menjadi kenangan pada masa lalu
Atau boleh ku kelupasi semuanya, kelupasi semua bahagia, kurendam dengan air panas lalu air garam menyucinya, perih.

Aku menyublim menjadi amarah, aku berkawan dengan semua kejam yang pernah ada. Tak peduli pada diksi dalam kalimat-kalimat ini, atau bahkan bisa jadi inversi.

Aku cemburu

Aku tak mau lagi menghadiahimu dengan berjuta juta kata, puisi lagi. Aku ingin memastikan bahwa kau selalu, selalu tepat di pelukanku, saat matahari menyuruhku untuk bangun pagi. Atau kukunci semua kamar, kututup semua jendela dengan teralis besi supaya keinginan keinginan jadi terpendam dan aku tahu kehendak siapa kau akan bertemu bercerita
Agar kau tak bisa kemana-mana
Sebut aku setengah hamlet yang gila
Atau Penyair yang terlalu dibuta cinta
Tapi;
Kau bisa setia?

Karena ketidakannya akan membunuh perlahan,memecut namamu yang selalu jadi titimangsa. karena mendua, percayalah, akan menyimpan luka pengkhianatan di dalam singgasana -
Tampaknya cukup ngilu, setelah sekian lama perjalanan ke pelaminan, haruskah lagi kurajut kepercayaan hingga kian mataku memerah sampai lelah?

Aku cemburu.
Turut berduka!
Baju apa yang harus kukenakan untuk pemakamanmu? Ku ikhlaskan saja aku belum tentu mampu.

Sudahlah, hatiku remuk redam.
Aku cemburu

Thursday, November 8, 2012

Di dalam cinta memang ada, Segalanya.

Di depan rumahku, dimana semua percakapan dari segala bahasa mulai untuk bicara.. Kali sekarang, biarkan saja.

Kita selalu sulit untuk menyudahi segala kata, aku dan kamu selalu bermasalah dengan selamat jalan atau sekedar selamat malam, yang padahal berdua tahu, hari esok selalu ada aku, hari esok selalu berisi kamu. Bahkan setiap hari.

Sudah berapa hari? Rasanya aku menemukan kepingan-kepingan rahasia yang lain, jentikan jentikan yang membuatku semakin menyukai segala tentangmu, yang membuatku selalu jatuh cinta, tiap hari, bahkan;

Aku betah bersemayam di jiwamu, aku kerasan membuat api unggun di kedua bola matamu. Aku bebas jatuh tertidur di antara garis keningmu. Kedua pelipismu tidak keberatan untuk kutitipkan rindu yang sebesar-besar airmata. Aku dibebaskan berlari di dalam sana jikalau kau bermimpi. Dan celotehanku mengisi ngiang telingamu sepanjang sore. Atau sengaja pikiranmu kusita tentang semua namaku. Dan semua tulisanku menjadi agak sedikit monoton karena isinya cinta melulu. 

Bagaimana bisa aku tidak (berlebihan) mencintaimu?

Aku takjub karena kamu bisa mencintai kekurangan-kekurangan yang mungkin kau coba untuk telaah dan pelajari. Dan untuk mengerti aku yang rumit ini, semakin membuatku serta padamu, seolah waktu kau tepis jadi tipis. Untuk menjadi muara dalam setiap airmata yang selalu kucipta, untuk menjadi warna warni di setiap kecupan yang menenangkan.

Aku akan datang kepadamu seperti apa adanya, seperti kau dan aku pada musim. Pada musim kita berlari, berjalan, berhenti, duduk, dan berbaringan, bahkan kematian terjadi ketika musim terelakan, musim meninggalkan. Kalau kau mengenal musim tentu tidak akan ada pertanyaan tentang aku adanya. Karena cinta itulah sederhananya, jawaban yang begitu istimewa. 


Ketika aku terjebak dalam hujan, misalnya. Aku selalu mencari secangkir teh hangat, dan kepulan asapnya kuhirup diam-diam. Semakin ku seruput sedikit demi sedikit, aromanya membuatku terlarut. Pun kamu, ketika kita sering menjadikan hujan sebagai tontonan, kau peluk perutku dan kadang melonggarkannya. Aku suka itu. Aku juga suka mencari hidungmu yang naik turun. Untuk udara yang kuseruput diam-diam, untuk sekedar berbagi napasku dengan napasmu.


 Di dalam cinta memang ada, segalanya.

Thursday, November 1, 2012

Kamu pernah mengalami rasanya menangis karena bahagia?
Atau airmata yang tumpah tapi perlahan?
karena rasa itu melebihi dari semua keindahan yang ada
Karena melebur, hatinya jadi satu, jiwanya dalam malam tak sengaja tercebur
Dan takut kehilangan?


Aku pernah, aku menangis dalam cerita kita, tepat di jiwa yang ingin jadi udara
Aku pernah, aku menangis dalam cemburunya, tepat di rasa yang berkata bahwa memang harus aku satu-satunya
Aku pernah, aku menangis dalam rindunya, dalam sesak paru yang terus mengeja namamu, saat itu ku marahi jam agar tak ada ruang dan waktu

Aku pernah, aku menangis di sebelahnya, tepat di pelukannya
Tanpa sengaja jatuh tertidur, dan aku menjejaki duniamu, semauku, seperti janjiku,

Kamu semesta, aku ada

Sunday, October 28, 2012

Tidak Sengaja Ada Surat Cinta dan Kubaca

Aku menemukan surat cinta, 

Bandung, 1 Oktober 2012


Awalnya tak sengaja. Jadi, aku dan kamu, ceritanya bermula di Zenbu, malam minggu
Kau melihat aku, dan aku tersenyum, sesaat setelah itu, aku tahu, akan menjadi kebermulaan yang indah dan tidak ada waktu. Sesaat setelah itu, aku tahu, aku sepertinya, suka, suka sama kamu.

Kau berkenalan, pun aku balas jawab, menyebut namaku, lalu duduk kembali. Tidak banyak bicara, tidak banyak kata-kata, sepertinya empat pasang mata yang setengah-setengahnya milik kita, bicara tanpa bisa ditahan. Mata-mata kita sepertinya terhanyut pada saat itu juga. Diam kita sepertinya menjadi perbincangan yang menarik, keramaian membuat dua pasang mata menarik diri, dan malam menjadi cukup indah. Menjadi pelupa? Sepertinya, kamu membuat aku tak mengenal kata “terlalu dini.”

Mataku merembes dan perasaannya cukup menjalar, namamu cukup kerasan untuk ada di telingaku dan sesaat naik ke pikiran. Membuatku terus? Apa? Terus-terusan tersenyum. Kau beranjak sebentar lalu kembali. Membuat semakin, jatuh
-hati.

Awalnya tak sengaja. Jadi aku dan kamu, ceritanya bermula di Zenbu malam minggu.
Beberapa pekan berlalu setelah itu, kita semakin melebur jadi satu. Terkenang tentang kamu cukup berhasil membuat pipiku merah semu. Wajahmu tergenang dan terngiang, dan kau seperti hujan yang selalu aku tunggu, tenangmu menjadi melodi dan pecah dalam hati. Tak mau pergi. Sebening embun matamu mengerling, kutenggelamkan rasa di sana dan berbaring. Kau tahu aku tak bisa bersembunyi, dalam pikiranmu aku bernyanyi.

Awalnya tak sengaja. Jadi aku dan kamu,  ceritanya bermula di Zenbu, malam minggu.
Hingga akhirnya alur menggiring dan mengayun pada malam yang satu itu, sampai bulan turun dan mengetuk nadi, sampai malam bersiul jadi simfoni. Yang ternyata kau jadikan awal atas ketidaksengajaan tadi. Hingga dengan senang hati aku beri kau setangkup galaksi dan membaginya dengan kamu. Hingga dengan senang hati, semua kapalku karam di matamu. Jiwamu yang menggiring hatiku untuk dengan bahagianya terperangkap dalam peluk dan dalam cerita yang sederhana adanya. Namanya juga tak sengaja 

Oh iya, bisa, kan? Kalau ternyata Tuhan tak sengaja menjadikanku, jodohmu, misalnya? Atau ternyata secara tidak sengaja, kamu adalah orang yang membuatku bahagia? Pula aku denganmu tidak sengaja untuk hidup dan menua?  Lalu secara tidak sengaja, waktu jadi tiada. Jadi aku dan kamu, bisa selamanya.

Dan seharusnya, tidak usah ada kata 'kalau' atau 'tidak' ya, dalam beberapa kalimat terakhir ini?

kalau akhirnya aku terlalu jatuh cinta dan tidak bisa pelan-pelan,
masih bisa ku bilang tak sengaja, juga?




Aurora.


Sudah ah, entah dimana, pasti ada  yang tersipu malu jika ikut juga meluangkan waktunya untuk sekedar membaca cerita cinta-tak-sengaja ini. Setelah kulipat dan menutupnya kembali, aku jadi teringat kisahku dan semakin rindu. Oh ya, aku lupa ada yang mencariku sesaat setelah kepulangan. Aku biasa memeluknya dan tidur dalam detak jantung lelakiku yang nomor satu itu.







Friday, October 19, 2012

Di Balik Matahari Terbenam di Ujung Laut

Di balik matahari terbenam di ujung laut
Aku dibakar diam diam oleh cahaya, sampai remang temaram
Matanya digulung ombak
Dan sunyi pecah jadi gema

Di balik matahari terbenam di ujung laut
Cakrawala menarik luka hingga terseret masuk tepi bayang
Dan buih buih melumerkannya, pelan

Di balik matahari terbenam di ujung laut
Sesapu mata lentik, sedihnya jadi bayang, terangin-angin
Dibawa nelayan melaju sampai tengah
Entah, mungkin ikut tenggelam, hingga senja hilang, dan laut tidur dengan nyenyak

Monday, October 1, 2012

Pada Bulan Purnama Aku Bercerita

Pada bulan purnama aku bercerita, aku memiliki cinta yang bawaku bahagia
Pada bulan purnama aku bercerita, aku bersenandung riang, kulempar senyumku ceria
Pada bulan purnama aku bercerita, aku menemukan apa yang akan jadi selamanya di depan mata
Pada bulan purnama aku bercerita,
tentang pria yang kurasa jadi cita-cita, tentang ia yang selalu ada
Pada bulan purnama aku bercerita, tentang indah rasa, tentang tawa yang selalu Ia tawarkan
Pada bulan purnama aku bercerita, tentang rahasia, tentang memiliki dia, tentang segala,
Pada bulan purnama aku bercerita, aku berdoa, sepanjang jalan, di genggam tangan, di gumam jiwa, "Tuhan, terimakasih untuknya yang telah Kau bawa, jagalah Ia untuk ini cerita, dekaplah Ia untuk bahagia, jadikan kita berujung selamanya."

Kurasa, lelaki di sebelahku tak pernah tahu, di saat mataku terpejam dan tanganku erat memeluknya, ada nama, di penghujung doa, di rahasia yang selalu ingin ku terka,
Kurasa, selain bulan purnama, Ia juga tahu, betapa aku sering mengadu, tentang sayangku, yang sebegitu..

Sunday, September 23, 2012

Sebelum Jam Dua Pagi


Sebentar lagi menuju dini hari, tidak ada yang sanggup bersembunyi, semua jadi risau parau, detik jarum jam jadi nada seolah irama, dingin jadi ritmis beriringan, tidak hujan tidak kemarau, semilir angin cukup berkenan. Cukup berteman baik dengan keheningan.

La la la la la, la la la la la...
Loving you…is easy cause you’re beautiful

Kau disebelahku. Mataku cukup jeli untuk melihat senyum yang tampak sekilas, ada bahagia yang nampak ke permukaan air wajahmu di gelap itu. Ada nyaman, seperti malam yang membuat bulan kerasan untuk tidur dan dininabobokan langit lepas senja.
Katamu, lebih baik aku tidur saja. Istirahat. Jelas tidak bisa, tak mau aku buang waktu, apalagi bersamamu, andai jarum jam bisa mati dan kita bedua dikunci dalam satu dimensi. Lebih baik aku terjaga sampai pagi nanti, tertawa, bicara, diskusi panjang lebar, membunuh detik per detik, 
Perlahan
Entah, malam ini aku ingin keluar dari sekedar perenungan, keluar dari penat yang biasanya muncul tiba-tiba di penghujung hari. Lelah yang ditunggu juga tidak datang sekedar menyapa. Sepertinya ada kamu dan semua jadi semua takut, semua tahu bahwa sebentar-lagi-menuju-dini-hari ini, memang jadi persembahan.

Bibirmu dan bibirku terpagut,
separuh pipiku bercerita, tentang mesra, tentang rindu yang ada, tentang rasa
seluruh punggungku melukisbayang
senja menggantung di kaki-kaki
semesta menari liar, kemudian aurora datang dengan naga
jiwaku tenggelam
lama-lama
kau menggulungnya,
di kulitmu, tertumpah air hujan

Malamnya jadi malam sunyi. Pikiran kita mengorkestra. Selagi kita bercerita apa saja, seperti biasa, sedang berbagi dunia, tanganmu di perutku, erat memeluk pikiranku. Dalam bahasa harpa? Bahasa biola? Bahasa sunyi? Bahasa kata? Bahasa makna? Seperti biasa, aku mencoba menelaahmu, kau coba terjuni aku. Lebih baik aku sibuk menghitung nadimu, aku bergelayut dalam nyalimu, dan aku terjun bebas dipelipismu, 
dan kemudian

Aku- kamu,
Larut
Aku-kamu
Luruh

Aku ingin lebih, lebih mencintaimu

And every day of my life is filled with loving you.
Loving you, I see your soul come shining through,
And everytime that we,
I'm more in love with you.

Selanjutnya? Boleh kuterka? Timur cakrawala pasti tahu ceritanya. Katanya, ada dua manusia jatuh cinta
Aku ingin lebih, lebih mencintaimu
dalam bahasa apa saja
seperti saat kita berpelukan lama




Note:

Lyric, Loving you - Minnie ripperton



Tuesday, September 18, 2012

Aku teguk habis minuman kepercayaan, ku tuang dan kuberikan padamu sebagian
Habiskan saja. Supaya tak lapar dan kau bisa tidur nyenyak
Harpa biola lagu cinta
Semua meninabobokan
Ditengah sadar,
Kubaui harum rasa,
Di kolam samping rumah, ada ikan-ikan bercinta
Lincahnya syahdu
Di kamar ruang bawah, ada dingin mengudara
Senyumnya membelenggu

Apa aku bilang, sebelumnya kau bawa dulu air itu! Air yang buat,
Kenyang. Rasa kenyang cinta, kekal bahagia, bukan khianat bukan belaka, jauh celaka, jauh keparat. Air yang kucoba tuang penuh di gelasmu, tiap kau bangun pagi tiap kau buka mata dan sentuh matahari.

Sudah sudah! Sekarang tidur!

Resume AZN

Telah kusebar harum bunga dan kuterangi
Belantara. Kuselimuti belukar dan semak yang gelap
Aku mengalir sepanjang perjalananmu dari hulu
Di antara lapisan mega dan jejak kabut
Di udara. Menyisir bintang-bintang
Yang mabuk anggur cahaya

Kurestui mereka yang bercinta. Ikan-ikan
Angin dan gelombang berkejaran dalam matamu:
Jangan layarkan perahu bermuat lampu khianat
Dan biarkan batu-batu semekar mawar
Telah kunyalakan rahasia bunga-bunga
Untuk melapangkan jalanmu ke muara

Bernyanyilah dalam getar bunga-bunga
Atau duduk saja menghikmati malam
Mungkin angin akan datang menengokmu dengan kecemasan
Tapi yang ingin diucapkannya
Adalah nyanyian yang terpendam tahun-tahunmu

Dan kita tertawa, tapi tertahan oleh cuaca
Yang memberat dan menekan. Kita pun tenggelam
Seperti sepasang bayang-bayang
Mengitari kelam dan dunia. Pada sebuah senja

Betapa panjang jika harus kucatat menjadi kalimat
Seperti puisi gairah ini kupadatkan, rindu ini
Kukentalkan. Tahun-tahun kuringkas, abad-abad kusingkat
Negeri-negeri kulebur, kekuasaan-kekuasaan kusulap
Menjadi sekedar kesunyian
Seperti dulu aku mengenalmu dekat danau tenang
Dekat rumput ilalang
Seperti puisi yang datang dan menghilang

Yang tak kita mengerti. Tapi kita hayati
Lalu kita berpelukan, lama sekali.

Monday, September 17, 2012

Ada Bintangku Tambah Satu

Ada bintangku tambah satu
Di setiap malam musim salju
Ada bintangku tambah satu
Di langit utara, di sela kabut
Ada bintangku tambah satu
Di gelap semesta, di ufuk fana
Ada bintangku tambah satu
Di temaramnya langit senja, perlahan berkedip disana,
Kerlap kerlip
Kerlap kerlip

Ada bintangku tambah satu
Tidak berjarak, selam hari selam malam
Selam detik selam waktu
Ada bintangku tambah satu
Tiap tapak jejak otak, tiap peristiwa selalu ada
Ada bintangku tambah satu
Di sipit mata, di gelak tawa, sebelum beranjak ke negri utopia
Ada bintangku tambah satu
Merasa sangat baik baik saja, di rasi Aquila, bukan Cassiopea, merasa memiliki segalanya, ada bintangku tambah satu, ada bintangku, bintangku jelma kamu

Ada bintangku tambah satu, di antara genggam tangan, di antara bahagia tanggal satu, hari itu.

Thursday, September 13, 2012

Penerjemah Hening (Lyric)


Kalian lah bintang-bintang
Temani aku dan impian
Kalian lah warna jiwa
Penopang cinta dan bahagia

Seribu orang datang dan pergi
Namun kalian menemani
Tak perlulah kita bicara
Kau (kau,kau,kau) tahu segalanya

Bila bisa kubilang kalianlah penerjemah heningku, selalu ada, disaat, malam gelap
Bila bisa kubilang kalianlah penerjemah heningku, tak lekang, ditempa, oleh waktu
Selalu ada, dan datang dengan cinta, dengarkan tawa dan airmata, semua, kisahku,
Lebihi raga lebihi ruang  artikan makna dan kehidupan, kau buat, ku bijaksana

Kau kau kau kau kau kau kau

Tuesday, September 4, 2012

Pernah Dengar

Pernah dengar pohon menyanyi?
Suaranya merdu
Angin bersiut dilanda rindu
Pernah dengar awan menggumam?
Nadanya satu irama
Kadang matahari membantu pecah suara

Pernah dengar bidadari bersenandung?
Pelangi cipta tujuh warna
Semua fana jadi belia

Berarti Kau Adalah

Kau bilang kau suka langit,
Aku bilang aku pun
Kau bilang kau suka malam,
Aku bilang aku pun
Kau bilang kau suka bintang,
Aku bilang aku pun
Kau bilang kau suka indah
Aku terkekeh senyumku secuil kecil
dan bertanya
"kau suka dirimu sendiri?"

Kau Air Terjun


kuterjemahkan tubuhku ke dalam tubuhmu
ke dalam rambutmu kuterjemahkan rambutku
jika tanganmu tak bisa bilang tanganku
kuterjemahkan tanganku ke dalam tanganmu
jika lidahmu tak bisa mengucap lidahku
kuterjemahkan lidahku ke dalam lidahmu
aku terjemahkan jemariku ke dalam jemarimu
jika jari jemarimu tak bisa memetikku
ke dalam darahmu kuterjemahkan darahku

Di balik bilik ada rasa yang bolak balik menghantar nadi berdenyut dan meniup hawa
Lukaku luka makna sebutlah Ia paut usia lukaku luka jiwa sayatnya menopang mega, ada retorika yang bukan belaka
Sedicukupi duduk bersila di atas pura;
 dibalik kening termenung tersimpan mendung,
yang menggunung, ada pemakaman sementara yang membuat jadi berkabung
Serupa doa,
Serupa doa
Serupa doa
yang semilirnya serupa kabut awal Februari
Serupa makna
Serupa makna
Serupa makna
yang harapnya serupa warna magenta
Serupa lelehan lilin
Serupa lelehan lilin
Serupa lelehan lilin
yang merahnya serupa cinta
Serupa Ia
Bahagia menjelma
Serupa Ia
Malam tak jadi binasa
Serupa Ia
Dari hati lantas matanya menyala-nyala
Serupa Ia
Menggeliatlah senyum dalam aku- satu kata
“Iya.”


Monday, September 3, 2012

Bila Aku Jatuh Cinta


Bila aku jatuh cinta…

Namanya Raihan Fabian. Dia membuatku lebih.


Bila aku jatuh cinta
Aku mendengar nyanyian
Seribu dewa dewi cinta
Menggema dunia



Bila aku jatuh cinta…

Namanya Raihan Fabian.  Dia lebih membuatku mendengar nyanyian dunia seribu dewa dewi cinta. Suaranyalah yang menggema. Suaranya yang terus memanggil hingga jiwaku menangkap rasa, rasaku, rasanya, rasa kita.



Bila aku jatuh cinta
Aku melihat matahari 
Kan datang padaku
Dan memelukku dengan sayang



Bila aku jatuh cinta…
Namanya Raihan Fabian. Dia lebih  membuatku melihat matahari, dan yang membuat matahari akan datang padaku, memelukku dengan sayang. Tapi kedua matanya jauh lebih hangat dari matahari pagi. Tawanya lebih memelukku dengan bahagia.

Bila aku jatuh cinta
Aku melihat sang bulan 
Kan datang padaku
Dan menemani aku

Bila aku jatuh cinta…
Namanya Raihan Fabian, dia lebih membuat bulan seolah datang padaku, dan menemani aku. Tapi malam minggu tanggal satu itu, kurasa sedingin apapun tak akan melewati mimpi, mimpi tanggal satu. Ada hangat di tiap lilin yang berpijar dan cahayanya berpendar, ada dia. Ada dia.


Bila aku jatuh cinta…
Namanya Raihan Fabian.


Bila aku jatuh cinta… jatuh cinta
Bersama dirimu


Dia membuatku lebih, lebih jatuh cinta.
Bila? Bukan.
Lebih.




Melewati dinginnya mimpi
Melewati dinginnya mimpi

*Terimakasih satu September, malam minggu yang bulannya bulat jelas terang, terimakasih Nidji, liriknya dengan usil ku comot dan ku rubah semauku. 




Saturday, August 25, 2012

Kau Mau Aku Ajak Bertualang ke Bimasakti, Tepatnya.

Kau mau aku ajak bertualang?
Ke bimasakti tepatnya, di atas bintang bintang
Kau mau aku ajak bertualang?
Ke bimasakti tepatnya, aku pernah tersesat dari malam hingga siang
Kau mau aku ajak bertualang?
Ke bimasakti tepatnya, aku pernah bawa ribuan cahaya susahnya seirama gemilang
Kau mau aku ajak bertualang?
Ke bimasakti tepatnya, di sana ada milyaran indah yang cemerlang
Kau mau aku ajak bertualang?
Ke bimasakti tepatnya, disitu aku memetik kejora seperti indah mawar satu batang
Kau mau aku ajak bertualang?
Ke bimasakti tepatnya, aku pernah menerobos masuk pandora, padahal itu dilarang
Kau mau aku ajak bertualang?
Ke bimasakti tepatnya, di sana, siut angin lalu lalang
Kau mau aku ajak bertualang?
Ke bimasakti tepatnya, aku biasa termenung di pojokan yang tak berpalang
Kau mau aku ajak bertualang?
Ke bimasakti tepatnya, di belokan utara ada replika menara, oh mungkin setraduta? Ada senyum yang sepucuk di sana, manisnya bukan kepalang
Kau mau aku ajak bertualang?
Ke bimasakti tepatnya, ada bahagia yang biasa dipetik di ladang
Kau mau aku ajak bertualang?
Ke bimasakti tepatnya, alamatnya sudah ku tuang dalam kertas merang kau tinggal merapalnya dan kutunggu kau datang
Kau mau aku ajak bertualang?
Oh, kali ini kemanapun,
Karena bimasakti serupa duniamu
Aku boleh kan
Mengajakmu
Dan tidak kembali,

Pulang?

Bahureksa 25 Agustus

Kalaulah ku sebut permulaan, biarlah ia indah seperti rinai gerimis petang
Kalaulah ku sebut awal dari segala, biarlah ia layak selaksa, melompati rahasia
Kalaulah ku sebut indah, biarlah ia menjadi sebegini ada, sederhana, diantara kerling mata, ditiap lipatan rasa, dikerinduan celoteh jenaka tawa

25 agustus 2012

Thursday, August 23, 2012

Setidaknya

Setidaknya, senja mau pulang membujuk lembayung ke peraduan
Setidaknya, malam mau membungkus bulan jadi purnama
Setidaknya, peparu mau mengantar napas jadi cekat tersendat
Setidaknya, ada nadi yang mau menjilat darah jadi aliran
Setidaknya, ada jiwa yang mau mencari relung untuk hidup
Setidaknya, ada kamu yang senyumnya Ranum terlukis
Setidaknya, ada Merah yang mau menyemburat dari pipi
Setidaknya, bukan matahari yang menjadikannya Fatamorgana

Saturday, August 18, 2012

Ratu, kataku, ratu dengan raut wajah carut marut duduk di singgasana
Alisnya naik satu, cintanya belum kunjung pulang, gelisahnya gemulai
Indah cemasnya, cantik penasarannya, sedihnya maut tak kepalang
Hendaknya sang cinta yang didamba segera berpulang
Atau bagaimana pun cara agar ratu diam, ratu tidak kesana-kemari
Nanti, nanti juga tenang sendiri

Wednesday, August 1, 2012

Kau mengendap, hatiku kau sadap. Sialan, tidak mau ku buang, apalagi hilang

Sebening embun matamu mengerling, kutenggelamkan rasa di sana dan berbaring. Kau tahu aku tak bisa bersembunyi, dalam pikiran mu aku bernyanyi.

Andai Dia Tahu

Ini pertemuan pertama, semua mengalir menuju muara sempurna. Di depanmu aku bebas bagaimana saja, kau jadikan aku apa adanya. Kau tak membebaniku, kau menerimaku yang begini adanya.

Entah namanya apa, kurasa kalau cinta, perlulah waktu lebih lama. Pun ini perkenalanku denganmu masih minggu pertama. Rasanya kau beda, kau lain. Kau seperti yang datang lalu waktu.

Ku harap kau tetap menjaganya sebegini rasa. Sederhana. Walau nantinya berujung cinta.

Monday, July 30, 2012

Kita Tahun Itu

Kita bertemu lagi di kedai kopi langganan, di ujung jalan, yang biasanya penuh antrian. Aku melihatmu di sana. Memegang handphone mu dan mengetik serius.
Aku memerhatikanmu, entah kau acuh atau tidak. Entah kau menyadari datangku atau tidak.


You’ve be on my mind…
I grow fonder every day.
Lost my self in time
Just thinking of your face


Aku seksama, aku tersenyum.  Wajahmu terus menunduk dan terkadang tanganmu yang satu lagi menggaruk rambut,. Ah, kebiasaan.
Dan aku berjalan lagi, mendekati.


I don’t know why I’m scared, I’ve been here before
Every feeling, every word, I’ve imagined it all


Langkahku tertahan.
Maaf. maafkan aku untuk kau kutinggal tanpa jejak enam tahun lalu, maafkan aku untuk ketiadaan yang tiba-tiba dan kisah kita berlalu begitu saja, maafkan untuk semua telepon yang tak pernah aku angkat. Maafkan untuk semua obrolan yang tak pernah di dalamnyaa aku coba bicara. Maafkan untuk semua yang aku libatkan dengan rasa.

Kita, tahun duaribu empat.
Kita yang baru belajar bersama dan tanganmu yang pertama mengisi genggamanku erat.


If I’ve been on your mind
You hang on every word I say
Will I ever know how it feels to hold you close?


Aku melanjutkan langkah, mendekatimu.
Dan, kau mendapati aku.
Kau tersenyum, memasukkan handphonemu ke saku celana, dan keluar dari antrian. Mengambil dua roti kering, dan mencari tempat duduk. “Yuk sini. Duduk.” katamu.


I know it aint easy, giving up your heart..


“So, how’s life?”

Sekarang aku yang tertunduk. Tidak mungkin aku membiarkan kau tahu bahwa aku masih menyimpan semua rindu itu, dalam sekotak hati yang tidak pernah berhenti mencari. Tidak mungkin juga aku mengutarakan. Tidak mungkin juga aku terus terang untuk masihnya harapan.

“Maaf”

“Untuk?”

Padahal itu aku ucap bukan sekedar maaf biasa, padahal itu aku ucap bukan maaf yang sepenuhnya peynyesalan. Itu maaf yang beserta, itu maaf yang juga mengemas, maaf yang lebih dari... Aku masih sayang, aku rindu, aku masih ingat..



So I dare to you let me be, your one and only.
I promise I’m worthy to hold in  your arms.
So come on and give me a chance,  to prove that I’m the one who can
Walk that mile until the end starts.


Dan semua cerita yang ku dengar tentang lukamu yang tidak kunjung kering itu jugalah yang membuatku makin-makin.



Kita, tahun duaribu empat.
Kita yang baru belajar bersama dan tanganmu yang pertama mengisi genggamanku erat.


*one and only, adele.









Aku

Sedikit kekosongan, sedikit keringanan, tidak banyak membeban, bisa kan? Biarkan kering dengan perlahan, pelan pelan...

Ya, dan aku memutuskan untuk membiarkannya melompong kosong, memang tidak cukup menolong, tapi sedikitnya, aku bisa belajar berbohong.

Untuk berpura-pura sedikit saja, tidak mengenal rasa.
Seberapa dekatpun kita, aku rasa aku tidak bisa menerima cinta.



Friday, July 20, 2012

Saat kau berada jauh di balik cakrawala, jarum jam berubah menjadi belati. Setiap detiknya menghunjam jantungku berkali kali. Mencoba mengeluarkan bayanganmu di dalamnya, menjadikanmu ada walau hanya di kepala. Lalu aku akan berbicara pada siluetmu di tengah nafas beku yang melingkupi nadi, dan lalu kau menjelma menjadi air mata, menelusuri pipi.

-sadgenic

Monday, July 16, 2012

Seperti
Matahari
Kata-katamu
Menyulut mulut
Untuk berbuih
Selembut
Buih pasir
Ucapmu
Menggulung mata
Menjadi siul
Siul angin
Yang menerbangkan
Jiwaku
Jauh
Ke teluk itu
Dan menghempas
Menjadi
Kesebermulaan arah

Sunday, July 1, 2012

Setiap Hari Begitu


Tanganmu menggengam erat tanganku, setiap hari begitu.
Bibirmu mengecup bibirku mesra, setiap hari begitu.
Pikiranmu menenangkan pikiranku, setiap hari begitu.
Pelukanmu mengokohkan jiwaku, setiap hari begitu.
Lidahmu mengutarakan ucapanku, setiap hari begitu.
Matamu merangkum seluruh duniaku, setiap hari begitu.
Hidungmu semancung senja, ketika kita endus jingga bersama, setiap hari begitu.
Bahumu jadi tempat persembunyian tangisku, setiap hari begitu.
Hatimu padang ilalang, aku jatuh bebas berguling-guling, setiap hari begitu.
Nadimu memecahkan milyaran sel berupaku, setiap hari begitu.
Darahmu bersemayam aku, tidurku lelap di sana, setiap hari begitu.
Sederhanamu galaksiku, kau menjadikannya indah tanpa apa-apa, setiap hari begitu.

Kau selalu membuatku jatuh cinta, berulang kali, setiap hari begitu.

Saturday, June 23, 2012

Ada yang berputar putar di retinaku
Oh ternyata itu bayangmu..
Ada yang terngiang di telingaku
Oh selalu itu namamu..

Friday, June 8, 2012

Kenapa kau berani cemburu?
Kau berani mencintaiku berarti kau harus berani cemburu juga.

Secangkir Teh yang Masih Mengepul

I

Pada akhirnya aku kembali menyelinap ke dalam kondisi dimana aku merasa bahagia, aku menjadi satu-satunya. Ingin ku tutup semua media, ingin aku bongkar semua rahasia, ingin ku katakan pada dunia bahwa kita memiliki cinta, memiliki satu perasaan yang sama, tanpa harus takut pada kenyataan yang ada.

Mencintaimu, mencintaimu.
Mencintai seseorang yang hatinya juga untuk orang lain. Dan kau tidak memahami bagaimana caranya untuk menyembuhkan lukaku sendirian, saat kamu datang, kau selalu mematikan ponselmu, supaya tak ada yang mengganggu, katamu. Dan sengaja membiarkan malam menggulung kita. Kau berikan purnama sebagai mahkota, dan jiwamu adalah singgasana.

II

Aku menjadikanmu hanya,
Aku menjadikanmu satu-satunya
Setiap hari.
Tapi kau menjadikanku cukup sebelah,
Sebagian lainnya kau milikki di luar sana
Cukuplah aku menipu diriku, menjadi yang mengetahui bahwa (ceritanya) kau mencintaiku sebagai satu-satunya. Kalaupun kenyataannya tidak begitu,
Setidaknya itu yang aku rasa
Setiap hari.

III

“Kau kenapa?” Tanyamu,
Kau tanya itu di siang hari,  dan jiwaku malah ingin lari.
“Tidak apa-apa, hanya sedikit sedih.”  Mukaku sudah lebih dari carut marut.
“Kau mau kemana? Ini malam minggu.
Aku tahu, sebentar lagi aku menemukan rumahku di dalam jawabanmu
“Malam? Mau menemani yang sedih saja.”

Jika pelukanmu kau jual sebagai sofa, maka aku akan menjadi pembeli pertama, walaupun nantinya usang dan warnanya menjadi belel, aku tidak akan pernah mengganti, walaupun sudah lapuk karena usia, pelukanmu tidak ada yang menandingi.

Keesokan paginya, aku terlambat bangun. Dan kau sudah tidak ada.
Aku merasa harus mencarimu, kali ini.

Kau sekaligus merangkap rumahku, andai kau tahu.

Wednesday, June 6, 2012

Purnama Ada Ketika Itu

Purnama ada ketika kita melintasi cakrawala
Purnama tertangkap basah
Sementara aku bersiap membelah
Sepotong untukku dan sepotong lagi untukmu

Purnama ada ketika kita melintasi cakrawala
Seketika Ia tiada, melesap jauh
Kutemukan Ia separuh
Kau menjadikannya kembali utuh

Purnama meninabobokan mataku yang kian memberat
Kau meniupkan awan sehingga Ia terlihat seperti cawan
Angin mengisyarat, agar aku memelukmu erat
Rasaku semakin seiring banyaknya kedipan

Purnama bersenandung, dengarlah!
Katanya Ia melihat kita
Menyelinap, mengalir deras, membentuk cahaya
Dalam setiap kecupan
Ia menjelma menjadi bibirmu yang ranum
Ia menjelma menjadi darah yang berdesir
Menjelma menjadi ketenangan
Purnama bersenandung, dengarlah!
Kidungnya semerdu napasmu
Purnama melagukan cerita kita
Purnama berdendang riang, sampai Ia tak takut lagi akan siang
Ia menceritakan sesuatu kepadaku
Katanya dahulu,
Kau telan Ia bulat-bulat
Dan kau bilang itu untuk perempuanmu
Dan aku berbisik padanya
"Sungguh beruntung perempuan itu."

Aku tahu sekarang rahasiamu,
Ternyata kau menjelma menjadinya
Dan menyimpan Ia
Di depan rumahku
Atau kadang
kau menggantungkan Ia
Di langit tamanku
Dan kau jadikan Ia
Sebagai hadiah kecil
Untukku

Tiap malam.

Aku sayang kamu
Bolehkah kerlingan purnama kuterjemahkan menjadi satu kalimat itu?

6 Juni 2012


Tuesday, June 5, 2012

Pasang Surut di Matamu

Ku rasa kau tercipta dari samudra
Kau menghanyutkan
Kau seperti ombak pasang
Yang menyurutkanku
Ke tepian
Tepian kelopak
matamu
kau adalah padang bunga
dan aku bebas berguling-guling
bebas


Diiringi

Sudah bercangkir-cangkir
Teh
Yang kuteguk
Sekaligus
Sampai habis
Sudah berjam-jam
Detik
Yang kuhambur
Melebur
Sudah berbutir-butir
Airmata
Yang menetes
Melankolis

Padahal
Sederhana
Yang kuingat
Ketika kau terlelap
Padahal
Sederhana
Yang kau ingat
Ketika aku tersenyum
Kau bilang
Aku manis
Aku bilang
Kau tenang

Klara Tidak Mau Pulang

Klara
Sebentar lagi kau harus pulang, matahari mencarimu dan bulan ikut-ikutan panik
Klara
Sebentar lagi kau harus pulang, tidak baik bertahan dalam hujan deras, kau sudah cukup basah kuyup
Klara
Sebentar lagi kau harus pulang, walau aku tahu  dikepalamu ada jutaan pertanyaan, aku rasa ini bukan saat yang tepat untuk mencari pasangan jawabannya
Klara
Sebentar lagi kau harus pulang, dinginnya semakin menusuk, badanmu kurus, nanti tinggal tulang rusuk
Klara
Sebentar lagi kau harus pulang, aku sudah pusing mencarimu, di bendungan kau tidak ada, kurasa kau bersembunyi di balik perdu liar yang cukup rimbun
Klara
Sebentar lagi kau harus pulang, seisi rumah melihat genangan darah di depan pintu, aku harap itu bukan kamu yang menyayat badanmu, lagi
Klara
Sebentar lagi kau harus pulang, nenek semakin enggan tersenyum, padahal kau cucu kesayangan nomor satu setelah kucing anggoranya itu
Klara
Sebentar lagi kau harus pulang, aku tahu kau bermasalah dengan pernapasanmu , mau kau sesak dan terjatuh jauh?
Klara
Sebentar lagi kau harus pulang, minum obat-obatmu, aku begitu khawatir, aku tahu kau ratu manja yang tak bisa ditinggal sendirian barang semenit saja
Klara
Sebentar lagi kau harus pulang.
Ada yang berbeda dari malam ini
Langitnya kebiruan
Padahal sudah malam
Senja telah terlelap
Matahari kelelahan

Ada yang berbeda dari malam ini
Bintangnya amat banyak
Padahal baru saja hujan
Dan jalanan becek penuh genangan

Ada yang berbeda dari mala mini
Oh! Pantas!
Ada kamu,
di sampingku

2004