Tuesday, September 27, 2016

Nistagmus

Malam bergumul, malam itu saya dikejutkan oleh riuh di belakang plataran candi.
Pangeran Sudhana Boghatta sedang berlari turun tersengal. Kinnara Manohara hilang lagi. Pasti bukan diculik mertuanya, kali ini.
Jammacitraka sampai dilepas untuk menuju kerajaan Utara, di belakangnya, walet-walet terbang memutar.
Aku tengah menyapu dan angin menjamuku sepoi, ketika ponselku berbunyi.
si Bungsu dari Druma kabur?
Iya. Heboh semua. Mungkin padahal mau nonton bioskop.
Sedang genting kok dijadikan guyon, bukannya membantu.
Bosan aku lama-lama, sudahlah riuh itu. Lihat, bulan saja terbahak.

Lama kau tidak membalas pesan singkatku. Aku tersenyum pada mereka. Acuh tak acuh, tiga sampai lima begawan membuntuti Pangeran yang bergegas pergi.
Kantung celanaku bergetar kembali.

Tak perlukan aku dikorbankan dulu agar kamu mau meminta restu?
Sendiri, kutersenyum tengil.

Dasar perempuan sedang kasmaran, sabarlah sebentar. Kemarin baru saja kutemui Pak Pendeta untuk kau selamanya bertahta.



Sunday, September 18, 2016

17.55

Beberapa menit sebelum matahari tenggelam
aku mencuri udara dan cuaca
di dalamnya ada sedu
yang tak kuasa kuhujani rindu

Heningku digenggam langit;
doa-doanya  ditarik angin senja
dibawanya airmata
pun senduku jadi tak jenak
sembilu, dalam-
dalam samudera

juga wangi lautan
sebagai requiem
kenangan 

Masihkah kau akan bertanya pada semesta?
Biarlah saja, memang ada hal-hal yang sedemikian rahasia.

Labuan Bajo
2015

Labuan Bajo I

aku menyelami mata cakrawala,
kehidupan
fana dan kabur
mencoba menatap, bertanya
desis ombak-ombak
pagi

aku menyelami mata cakrawala
dijawabnya dengan
heningan
dan silau-silau emas
berderai
 berseru

aku menyelami mata cakrawala
tepian teluk
mendengarkan,
 mendegupi
berdebur jadi koor syahdu

mengedip ia
memberiku
isyarat

Labuan Bajo
2015