Tuesday, September 27, 2016

Nistagmus

Malam bergumul, malam itu saya dikejutkan oleh riuh di belakang plataran candi.
Pangeran Sudhana Boghatta sedang berlari turun tersengal. Kinnara Manohara hilang lagi. Pasti bukan diculik mertuanya, kali ini.
Jammacitraka sampai dilepas untuk menuju kerajaan Utara, di belakangnya, walet-walet terbang memutar.
Aku tengah menyapu dan angin menjamuku sepoi, ketika ponselku berbunyi.
si Bungsu dari Druma kabur?
Iya. Heboh semua. Mungkin padahal mau nonton bioskop.
Sedang genting kok dijadikan guyon, bukannya membantu.
Bosan aku lama-lama, sudahlah riuh itu. Lihat, bulan saja terbahak.

Lama kau tidak membalas pesan singkatku. Aku tersenyum pada mereka. Acuh tak acuh, tiga sampai lima begawan membuntuti Pangeran yang bergegas pergi.
Kantung celanaku bergetar kembali.

Tak perlukan aku dikorbankan dulu agar kamu mau meminta restu?
Sendiri, kutersenyum tengil.

Dasar perempuan sedang kasmaran, sabarlah sebentar. Kemarin baru saja kutemui Pak Pendeta untuk kau selamanya bertahta.



No comments:

Post a Comment