Sunday, April 29, 2012

Kan kau tahu?


Kan kau tahu,
Aku dan rima
Berteman dekat
Kan kau tahu,
Aku dan kata
Satu sejalan
Kan kau tahu,
Aku dan hujan
Kadang satu tujuan
Kan kau tahu,
aku bisa menjadi
Metafora
Kan kau tahu,
Aku dan ombak
Pecah

Terlalu banyak yang kau ketahui, tentangku.

Harmonika


Kau tidak membiarkanku berkelana, kau tidak rela melepaskan aku, dan akupun tidak mau pergi. Ada candu yang lebih dari sekedar teman biasa, ada rindu yang lebih dari sekedar ribuan bintang di semesta. Ini tentang aku dan kamu, yang selalu bertemu tanpa tahu kapan itu. Ini aku dan kamu, yang menjadi satu di penghujung waktu.
Telat?

Kau seperti bayang-bayang yang tak rela kulepas hingga hilang, dan kamupun tidak mau pergi. Ada singgah yang lebih dari sekedar sementara. Ada ruang yang lebih dari sekedar jutaan detik yang dikumpulkan. Ini tentang aku dan kamu, tentang kesederhanaan yang menyimpulkan dua senyuman. Ini aku dan kamu, yang menciptakan kecupan-kecupan manja.

Kita seiring, beriringan. Kita berdampingan separuh waktu.

Degup jantungmu yang kupeluk kala senja itu, menjadi lebur dalam ketakutan, ketakutan akan kehilangan. Ketakutan karena aku tidak bisa, tidak bisa memberangus rasa.  ketakutan karena aku telah sepenuhnya tercebur basah. Dan bertarung dengan arus apakah aku di akhir cerita harus hanyut atau terselamatkan.
Degup jantungmu yang kupeluk kala gelap itu, menjadi sebuah udara yang kuhirup tenang. Menjadi bilik persinggahan yang kukira akan lama. Menjadi ah.. apa? Cinta? Kau sebut itu? Cinta? Indah?

Apa yang indah? Tanyaku.

“Kamu.”


Thursday, April 26, 2012

Di Alas Daun

Kau menjadi lebih lembut dari buih ombak
Kau menjadi lebih serpih dari butir pasir
Kau menjadi lebih temaram dari jingga senja
Kau menjadi lebih wangi dari secangkir kopi
Kau menjadi lebih
Kau menjadi lebih ada
Kau menjelma segalanya

Kau menjadi sekelopak rekahan mawar mekar
Kau menjadi langkah
Yang setahuku

Kau menjadi sepekat malam
Seperti pekatnya kau
Di pikiranku

24 yang ke 18 kalinya

Bulan ini bulan April, saya bertemu lagi dengan tanggal 24 untuk yang ke 18 kalinya. I just wanna share some pictures. Thanks family and friends for the surprises (yang tidak henti-hentinya.)






E.T, terlebih Suci Intani yang ngibulin saya karena bilangnya enggak pulang ke Tasik. Dan ketika saya bangun pagi, mereka udah bawa lilin. Merci. I love you, you and you. More than anything :*

Cakes 


 Dari Stones Hotel *Rojak Husni Tagoy Albret Ali Bako Oling

From Momeeyy and Daddy :*

Masbro masbro yang amazing. (Dwikinya ke Bandung, Albret enggak ke SMS, Bako pulang)
Selasa, 24 April 23.45 WIB
Thankyouuuuuuu :)








Patutku berterimakasih,
"Maka nikmat Tuhan yang mana lagikah yang engkau dustakan?"


Sunday, April 22, 2012

KPB 2

Kau rasakan juga?
Kita mengalami perubahan
Kau rasakan juga?
Kita menjadi satu
Satu kehampaan
Satu kegelisahan

Aku berlari mengejar keindahan yang kau kerlingkan pada kedua bola mata
Aku rebahkan semua lelah dalam mimpimu
Yang lelap
Yang dalam

Aku seperti
Rintik hujan
Aku seperti
Roman
Aku seperti
Rahasia kecil
Aku seperti
Ruang
Aku seperti
Ribuan
Rindu

Dan ketika aku menoleh sekali lagi sebelum pergi, rasaku tertinggal di sana.

"Kamu pulang, kalau pulang aku temani. Janji."
Aku juga ingin pulang
"Indah"
"Apa?"
"Kamu."

Tiada yang lebih indah
Tiada yang lebih rindu
Selain hatiku.

Aku ingin pulang, menjadi lautan biru tempatmu mengadu.

Tuesday, April 17, 2012

Kisah Pelangi Biru

Aku mengiris pelangi yang tujuh warna itu
Ku ambil satu
Ternyata warna biru
Mengenai rasamu yang dikira rancu
Ternyata menjadi dialek yang ketir
Birunya biru satir

Ternyata kembali bermuara rasa
Yang tidak bisa ku tinggalkan
Sepertinya kau pemanis diorama
Yang berbahaya

Pelangiku biru
Birunya biru satir
Aku tak tahu
Melepas kamu atau
Terus kubelenggu

II

Enam warna yang lain datang memberi cerah
Dalam celah
Bidadari meluncur turun
Dan siluetnya mengajakku-
Berdansa

Tak mau aku,
Selain warna biru
Tak indah untukku
Selain satu itu

Semestinya aku
Tahu
Ah entah
Pelangi biru
Kenapa harus kamu?

III

Sementara yang lain terpesona dengan keenam warna-warninya
Aku terus mencari
Kamu
Pelangi biru
Yang berseteru waktu

Mungkin kau tahu
Kenapa ku cerabut satu
Sederhanamu membatu
Dalam mataku
Sekelilingmu merdu
Untuk jiwaku

Di bawah biru itu
Emosiku menjadi sirkus
Yang tidak biasanya
Menjadi keresahan
Yang melompat-lompat
Seperti huruf-huruf
Yang membuatku tersandung

Aku tidak bisa memberangus rasa,
Biru,

Nyamanku denganmu
Dan sekeping sore membangunkanku,
Bolehkah aku genggam secuil,
Pelangi,
Biru?

"Untuk pertama kalinya, aku merasa amat dekat, dan tidak merasa takut karenanya."

Monday, April 16, 2012

Rumah

Jarum penglihatanku memasuki seluruh pori-pori Dalam tubuhmu. Keindahan yang kugali sering menjelma api Yang menyalakan sumbu urat-urat darahku Aku memintal lagu sepanjang lorong rahasiamu Untuk kunyanyikan diam-diam. Tanganku meraba ayat-ayat Tapi setiap kunaiki tangga ke langit terjauh Aku selalu ditenggelamkan sinar bulan Mengupas kemolekanmu dengan pisau pikiran Adalah sia-sia. Keindahan hanya bisa kurasakan getarnya Seperti cinta yang membakarku tiba-tiba Aku menggali cahaya dari kuburan-kuburan kenanganmu Untuk kunyalakan dalam jiwa. Dengan kaki telanjang Kumasuki rumah batinmu yang terbuka Di lantai pualam aku bergulingan sepanjang malam

-Acep Zamzam Noor
Aku ingat kamu pernah meminta
Untuk tak pernah dilupakan
Dan aku tidak mengabulkan
Karena memang inginku buang
Semua perasaan

Tidaklah sebentar, waktu
Yang disulam jadi rindu
Dan jadi memahami setiap percekcokan
Dan menyulam daun diammu
Tak apa,
Mungkin aku sedang diracun bisu
Tak apa,
Kamu jadi hantu malamku
Lagi

Merci

"Hatiku mudah saja terkunci. Mungkin terlalu dini. Seseorang yang telah menjadi tuannya pada enam tahun lalu, selalu sampai hari ini. Aku ingin menua dengannya. Menjadi petang yang perlahan tenggelam. Menjadi senja yang indah karena ketiadaan."

menyeruput senja

Kau bertanya
Pada rintik hujan yang perlahan turun
Melewati dedaunan
Melewati ranting
Dan buah yang ranum

Kau bertanya
Pada kelabu
Yang dikandung awan
Sore ini
Berlarian mentari
Sembunyi

Malam jatuh bebas
Mengelupas
Memoria
"Dekapku", katamu
Aku penerjemah, dari keheningan

Sunday, April 8, 2012

Kerasan

Dan entah
Rindu yang manapula
Yang membawa
Airmataku
Menganak sungai

Dan entah
Rasa yang mana
Yang tidak mampu
Kuterjemah

Dan entah
Kedatanganmu yang kian
Jadi kesementaraan
Menjelma
Abadi