Saturday, December 17, 2011

confession

Kadang ya.. kadang, di saat dalam kehidupan ada beberapa kejadian yang tidak bisa dianggap biasa saja, bukan rutinitas. Tapi ya.. anggap sebagai ledakan-ledakan kecil di perjalanan waktu, beberapa kejadian yang tidak bisa dilupakan, atau mengandung kenangan yang cukup lama.

Seperti sekarang ini, peristiwa inilah yang membuat saya (kembali) dekat dengan Tuhan saya. Sejujurnya saya juga malu. Kenapa saya selalu mengadu padaNya, disaat saya memang membutuhkanNya. Oke, ralat. Tiap hari pun saya memang selalu berada di dalam kuasaNya, dalam perlindunganNya. Kasarnya, saya tidak bisa bernapas tanpa izinNya bukan? Tapi, ini berbeda, kembali ke topik.. Saat ini saya (lagi-lagi) sedang-terlalu-sangat mengingatNya.

Dan saya juga sering bertanya-tanya, mengapa saya selalu kembali kepadaNya pada saat saya tersungkur? Pada saat peristiwa ini semuanya bergantung kepadaNya? Kenapa saya se “sabutuhna” itu? Dan Dia tidak pernah, tidak pernah, marah. Mungkin Tuhan punya cara-cara ajaib supaya saya kembali rindu didekapNya. kembali bercerita, dan kembali peka dan mendengarNya yang berseru, “Hey! Tuhan selalu di sini. Saya mendengarkan. Dan Saya mengetahui.”

Tuhan, akhir-akhir ini kita intens sekali. Saya maksudnya, saya sering… sering sekali meminta. Dan Tuhan, saya kemarin bertanya, kepada ibu saya. Bertanya bahwa, apakah Engkau kecewa atau marah, di saat saya, seringnya datang kepadaMu pada saat ada inginnya saja. Dan Tuhan, ibuku menjawab, “Allah itu Maha Kaya, dia itu Maha Memiliki segalanya. Dia itu senang diminta. Ingat? Memintalah. Tuhan itu semakin senang apabila semakin hambanya meminta. Karena sesungguhnya Dialah yang pantas congkak. Karena dengan kita meminta, kita semakin sadar bahwa kita tidak memiliki apa-apa.

Benarkah begitu tuhan?
Kalau iya, saya semakin malu.
Tuhan, saya minta, setelah peristiwa ini, saya ingin selalu. Jadi yang selalu, mengingatMu.

Tuhan, terima kasih.
Untuk semua yang berterima.
Dan maaf.
Untuk semua, kesalahan.

Sunday, December 11, 2011

semesta

"Aku suka."
"Suka apa?"
"Kamu."
"Karena?"
"Semuanya."

Seperti nebula bertumpahan menggenapi galaksi
Seperti di sini, berserakan mengisi hati..

Thursday, December 8, 2011

911

Ini sajak terbuat dari luka yang tersayat
Dikerat kerat kulit jiwanya
Dikelupasi nuraninya
Ini sajak dari kerontang raga yang dibalut tulang
Airmata semalam membuat telaga
Renungan yang hasilnya belaka

Napasnya terengah, lari dari dini hari yang cukup dingin
Duduk di bawah pohon beringin
Berharap sakitnya diculik angin

Menatap cawan kosong yang semestinya terpenuh racun
Dan berharap sudah mati ketika pagi dibasahi embun

Tidak, Ia bukan melarikan diri

Tidak ada lagi yang dilakukannya kecuali mengejar maut itu sendiri
Menarik pelatuk senapan, mencabut belati
Kelamnya ingin ditikam sendiri
Bermunajat agar menjadi mata air yang mengisi sumbernya sendiri

Justru fase mentari membuatnya terbakar hingga merona merah nadinya
Hingga hidupnya  disemat pada kupu-kupu yang hinggap

Monday, December 5, 2011

Dalam Mobil

Oranye hari ini dirasa kecewa
Tidaklah hujan barang siang
Tidak tercampur baumu yang sengat di ingatanku
Mataku merefleksikan mega
Dari oranye kemudian mengabu
Menjadi cerita kita
Sepertinya

Menunggu bambu-bambu jatuh dan bernyanyikan tangga nada
Bahagia saatnya mereka tertidur
Kala petang jadi matahari merah bayi

Semua dari dalam kaca mobil
Jelas

Thursday, December 1, 2011

Rambutmu berkibaran di arus angin penghujan,
beberapa percik air tempias di pipimu. Demi Tuhan,
bukan karena itu aku mencintaimu, bukan
karena bajumu yang kusut-tak kaurapikan

Versailles

Menghitung daun yang gugur
Menghitung hujan yang jatuh
Menunggu datang sebagai pelipur
Menunggu kembali rapuh

Ketika bercermin sayap kaca
Mantel tutupi dinginnya malam 'versaye'
Ketika ditimbuni rerumputan
Diam dalam labirin 'versaye'

Melipatgandakan rindu
Mengalilipatkan waktu