Friday, March 9, 2018

Kisah

"Menurutmu, mengapa kamu dan aku bisa?"
 Padahal berdua kita dalam kesalahan.
"Bisa apa?"
Entahlah, rasanya seperti aku mengenalmu barang setahun-dua tahun,
"Bisa gila. Karena kapan kita akan bersama?"
Aku memotong, “tiga bulan saja belum.”
“manis ya mulutnya sekarang”

“wait… do you even pray?”

 Angin Jakarta nampaknya tidak ingin mengganggu kita berdua. Di balkon lantai tiga,(tempat dimana kau mulai menulisi dinding-dinding pikiran)-yang asalnya, padahal aku hanya ingin sekedar melihat lebih indah mana purnama dari rooftop ataukah darisana.  Bukan menjadi roman picisan yang kerjaannya hanya menggumam dan menjadikanmu sebagai lamunan, bukan memastikan bahwa lift yang terbuka sendiri pintunya itu adalah akibat jahilnya setan.

“kenapa di sini?” kau datang,
“sepi.” Sahutku tanpa menolehkan mata
"Aku mau baca. Jangan ganggu."
"Oh okay, belum pulang?"

Kau menjadi kisah yang tak pernah aku ceritakan, 
menjadi lagu yang tak pernah aku nyanyikan,
menjadi puisi yang tak pernah aku selesaikan.

 Berulang.