Monday, January 29, 2018

Batavia.

Setelah kembali ke kotamu, rindu ini makin berat rasanya. Bisa saja aku kembali bertemu denganmu, sembunyi-sembunyi untuk mengisi hati yang sunyi. Untuk mengulang kembali bahagia yang tak bertepi. Tapi tidak, tidak boleh. Kau sudah bukan milikku lagi.

Namamu mengiang berkali-kali. Di jendela, di atap kamar kos, di jalan Salemba, di Gramedia, di rooftop sebrang menara BCA, di Tanah Abang, di lantai tiga. Dan, kecewa yang kau rangkum di email beberapa bulan lalu, tidak mampu meredam gaung itu.

Ingatanku menggambar pola. Dituntun suara yang memantul dari palung paling rahasia. Setiap celupan teh pada cairan memori malam adalah detak jantungmu yang memantul ke palung dadaku.

Garis-garis cahaya matahari memanjang ke dalam laut untuk bisa tenggelam lebih dalam. Terhalang milyaran tangis yang tak terkendali, rindu yang selalu menggandakan diri, dan hampa yang membawa serta tragedi.

Aku menyimpan suaramu, melipat di antara jarak dan menyusupkannya dengan sangat hati-hati di sela lipatan kain kemejaku.

30 Januari 2018
Salemba, Jakarta.