Saturday, June 23, 2012

Ada yang berputar putar di retinaku
Oh ternyata itu bayangmu..
Ada yang terngiang di telingaku
Oh selalu itu namamu..

Friday, June 8, 2012

Kenapa kau berani cemburu?
Kau berani mencintaiku berarti kau harus berani cemburu juga.

Secangkir Teh yang Masih Mengepul

I

Pada akhirnya aku kembali menyelinap ke dalam kondisi dimana aku merasa bahagia, aku menjadi satu-satunya. Ingin ku tutup semua media, ingin aku bongkar semua rahasia, ingin ku katakan pada dunia bahwa kita memiliki cinta, memiliki satu perasaan yang sama, tanpa harus takut pada kenyataan yang ada.

Mencintaimu, mencintaimu.
Mencintai seseorang yang hatinya juga untuk orang lain. Dan kau tidak memahami bagaimana caranya untuk menyembuhkan lukaku sendirian, saat kamu datang, kau selalu mematikan ponselmu, supaya tak ada yang mengganggu, katamu. Dan sengaja membiarkan malam menggulung kita. Kau berikan purnama sebagai mahkota, dan jiwamu adalah singgasana.

II

Aku menjadikanmu hanya,
Aku menjadikanmu satu-satunya
Setiap hari.
Tapi kau menjadikanku cukup sebelah,
Sebagian lainnya kau milikki di luar sana
Cukuplah aku menipu diriku, menjadi yang mengetahui bahwa (ceritanya) kau mencintaiku sebagai satu-satunya. Kalaupun kenyataannya tidak begitu,
Setidaknya itu yang aku rasa
Setiap hari.

III

“Kau kenapa?” Tanyamu,
Kau tanya itu di siang hari,  dan jiwaku malah ingin lari.
“Tidak apa-apa, hanya sedikit sedih.”  Mukaku sudah lebih dari carut marut.
“Kau mau kemana? Ini malam minggu.
Aku tahu, sebentar lagi aku menemukan rumahku di dalam jawabanmu
“Malam? Mau menemani yang sedih saja.”

Jika pelukanmu kau jual sebagai sofa, maka aku akan menjadi pembeli pertama, walaupun nantinya usang dan warnanya menjadi belel, aku tidak akan pernah mengganti, walaupun sudah lapuk karena usia, pelukanmu tidak ada yang menandingi.

Keesokan paginya, aku terlambat bangun. Dan kau sudah tidak ada.
Aku merasa harus mencarimu, kali ini.

Kau sekaligus merangkap rumahku, andai kau tahu.

Wednesday, June 6, 2012

Purnama Ada Ketika Itu

Purnama ada ketika kita melintasi cakrawala
Purnama tertangkap basah
Sementara aku bersiap membelah
Sepotong untukku dan sepotong lagi untukmu

Purnama ada ketika kita melintasi cakrawala
Seketika Ia tiada, melesap jauh
Kutemukan Ia separuh
Kau menjadikannya kembali utuh

Purnama meninabobokan mataku yang kian memberat
Kau meniupkan awan sehingga Ia terlihat seperti cawan
Angin mengisyarat, agar aku memelukmu erat
Rasaku semakin seiring banyaknya kedipan

Purnama bersenandung, dengarlah!
Katanya Ia melihat kita
Menyelinap, mengalir deras, membentuk cahaya
Dalam setiap kecupan
Ia menjelma menjadi bibirmu yang ranum
Ia menjelma menjadi darah yang berdesir
Menjelma menjadi ketenangan
Purnama bersenandung, dengarlah!
Kidungnya semerdu napasmu
Purnama melagukan cerita kita
Purnama berdendang riang, sampai Ia tak takut lagi akan siang
Ia menceritakan sesuatu kepadaku
Katanya dahulu,
Kau telan Ia bulat-bulat
Dan kau bilang itu untuk perempuanmu
Dan aku berbisik padanya
"Sungguh beruntung perempuan itu."

Aku tahu sekarang rahasiamu,
Ternyata kau menjelma menjadinya
Dan menyimpan Ia
Di depan rumahku
Atau kadang
kau menggantungkan Ia
Di langit tamanku
Dan kau jadikan Ia
Sebagai hadiah kecil
Untukku

Tiap malam.

Aku sayang kamu
Bolehkah kerlingan purnama kuterjemahkan menjadi satu kalimat itu?

6 Juni 2012


Tuesday, June 5, 2012

Pasang Surut di Matamu

Ku rasa kau tercipta dari samudra
Kau menghanyutkan
Kau seperti ombak pasang
Yang menyurutkanku
Ke tepian
Tepian kelopak
matamu
kau adalah padang bunga
dan aku bebas berguling-guling
bebas


Diiringi

Sudah bercangkir-cangkir
Teh
Yang kuteguk
Sekaligus
Sampai habis
Sudah berjam-jam
Detik
Yang kuhambur
Melebur
Sudah berbutir-butir
Airmata
Yang menetes
Melankolis

Padahal
Sederhana
Yang kuingat
Ketika kau terlelap
Padahal
Sederhana
Yang kau ingat
Ketika aku tersenyum
Kau bilang
Aku manis
Aku bilang
Kau tenang

Klara Tidak Mau Pulang

Klara
Sebentar lagi kau harus pulang, matahari mencarimu dan bulan ikut-ikutan panik
Klara
Sebentar lagi kau harus pulang, tidak baik bertahan dalam hujan deras, kau sudah cukup basah kuyup
Klara
Sebentar lagi kau harus pulang, walau aku tahu  dikepalamu ada jutaan pertanyaan, aku rasa ini bukan saat yang tepat untuk mencari pasangan jawabannya
Klara
Sebentar lagi kau harus pulang, dinginnya semakin menusuk, badanmu kurus, nanti tinggal tulang rusuk
Klara
Sebentar lagi kau harus pulang, aku sudah pusing mencarimu, di bendungan kau tidak ada, kurasa kau bersembunyi di balik perdu liar yang cukup rimbun
Klara
Sebentar lagi kau harus pulang, seisi rumah melihat genangan darah di depan pintu, aku harap itu bukan kamu yang menyayat badanmu, lagi
Klara
Sebentar lagi kau harus pulang, nenek semakin enggan tersenyum, padahal kau cucu kesayangan nomor satu setelah kucing anggoranya itu
Klara
Sebentar lagi kau harus pulang, aku tahu kau bermasalah dengan pernapasanmu , mau kau sesak dan terjatuh jauh?
Klara
Sebentar lagi kau harus pulang, minum obat-obatmu, aku begitu khawatir, aku tahu kau ratu manja yang tak bisa ditinggal sendirian barang semenit saja
Klara
Sebentar lagi kau harus pulang.
Ada yang berbeda dari malam ini
Langitnya kebiruan
Padahal sudah malam
Senja telah terlelap
Matahari kelelahan

Ada yang berbeda dari malam ini
Bintangnya amat banyak
Padahal baru saja hujan
Dan jalanan becek penuh genangan

Ada yang berbeda dari mala mini
Oh! Pantas!
Ada kamu,
di sampingku

2004