Wednesday, June 6, 2012

Purnama Ada Ketika Itu

Purnama ada ketika kita melintasi cakrawala
Purnama tertangkap basah
Sementara aku bersiap membelah
Sepotong untukku dan sepotong lagi untukmu

Purnama ada ketika kita melintasi cakrawala
Seketika Ia tiada, melesap jauh
Kutemukan Ia separuh
Kau menjadikannya kembali utuh

Purnama meninabobokan mataku yang kian memberat
Kau meniupkan awan sehingga Ia terlihat seperti cawan
Angin mengisyarat, agar aku memelukmu erat
Rasaku semakin seiring banyaknya kedipan

Purnama bersenandung, dengarlah!
Katanya Ia melihat kita
Menyelinap, mengalir deras, membentuk cahaya
Dalam setiap kecupan
Ia menjelma menjadi bibirmu yang ranum
Ia menjelma menjadi darah yang berdesir
Menjelma menjadi ketenangan
Purnama bersenandung, dengarlah!
Kidungnya semerdu napasmu
Purnama melagukan cerita kita
Purnama berdendang riang, sampai Ia tak takut lagi akan siang
Ia menceritakan sesuatu kepadaku
Katanya dahulu,
Kau telan Ia bulat-bulat
Dan kau bilang itu untuk perempuanmu
Dan aku berbisik padanya
"Sungguh beruntung perempuan itu."

Aku tahu sekarang rahasiamu,
Ternyata kau menjelma menjadinya
Dan menyimpan Ia
Di depan rumahku
Atau kadang
kau menggantungkan Ia
Di langit tamanku
Dan kau jadikan Ia
Sebagai hadiah kecil
Untukku

Tiap malam.

Aku sayang kamu
Bolehkah kerlingan purnama kuterjemahkan menjadi satu kalimat itu?

6 Juni 2012


No comments:

Post a Comment