Friday, June 12, 2020

Setelah Kisah ini Selesai: Hal-hal yang Merona dan Petang Tidak Mengerti

Kamu adalah orang yang saya tidak pernah perhitungkan. 
Untuk menjadi..”
Sungguh Ia menahan tangis untuk menyelesaikan kalimatnya
..yang terdalam.”

Akhirnya Merona benar-benar paham akan ketakutannya. Takut lukanya tak pernah benar bisa-bisa hilang. Waktu menyembuhkan, katanya. Namun butuh berapa lama? Lelaki yang menciptakannya sekarang di depan mata.
Benar-benar ada.

Sambil sesekali menyalakan pemantik, Petang merokok. Bertanya tentang hal yang menurutnya masih menjadi tanda tanya. Pertanyaan-pertanyaan itu membuat bising. Merona hanya bisa memberikan airmata sebagai jawabannya. Andai bisa Ia peluk lelaki itu, semua mungkin akan luruh. Ternyata hatinya tak pernah jauh. Petang selalu menyimpannya. 

“Saya kehilangan pelipur lara.”

Lelah sudah Petang mengusir kabut-kabut. Kabut yang selalu muncul tiba-tiba. Kabut yang selalu mengepul, setelah berdua menutup kembali pintu dan jendela, mengepul lagi dan lagi. Setelah Merona tilik dengan seksama, baru kami menyadari sesuatu, bahwa kabut itu bersumber dari luka. 
Sejauh ingatannya, Petang tak pernah menitiskan airmata. Namun malam ini, dari matanya mengepul tebal,  yang tak pernah Ia pahami muasalnya. Mungkinkah kabut itu berasal dari perih yang menguap lantaran tertahan bertahun-tahun lamanya? Entahlah. 

Dingin menyeruak melewati dada. Beberapa menit Merona dan Petang tenggelam dalam hening. Seakan-akan udara memberangus mulut mereka berdua. Sungguh Merona ingin memeluk lelaki delapan tahunnya untuk yang terakhir kali. Gelisah terus merangsek, menusuk, menusuk, menusuk, hingga tertahan sesuatu yang lunak seperti ombak. Ombak itu bergulung-gulung dan memercikkan sesuatu yang hangat dan berdebur sampai ke telinganya. Merona menghela napas. 

Malam-malam berbintang, Petang menghitungnya. Hari-hari pelarian yang tidak Ia tahu kapan akan berakhir.

"Petang. Melupakanmu sama saja seperti saya berusaha menangkap cahaya. Tak akan pernah bisa."
Perempuan itu menyeka pipinya. Tahu bahwa lelaki itu tak layak mendera. 

“Banyak hal di dunia ini yang sama-sama kita tidak mengerti..
..Saya sayang sama kamu Petang. Entah sampai kapan. Mungkin selamanya.”