Sunday, June 27, 2021

Percakapan

 “I love you.”

“Menurutmu kalimat tadi cukup untuk menghapus segala luka?”

Kau tidak menjawab, Aku seakan berbicara pada buih ombak yang sekarang menjadi lebih nyaring dari biasanya. 

“Tapi aku juga tidak mau perpisahan.” Katamu setengah gemetar.

“Aku bosan dengan roman yang menyakitkan. Semesta tidak menakdirkan luka melulu untuk aku alami. Aku juga berhak Bahagia. Kamu juga.”

“Tapi, bahagiaku Kamu.”

Aku menatap garis batas laut, “Oh please, katakan itu sejuta kali dengan banyak perempuanmu.”

“Kamu rumahku.”

“Rumah bukan hanya untuk melihat, mendengar dan menerima seluruh tangisan. Rumah juga perlu kau rawat. Sudah penuh dan ditumbuhi rumput liar. Hatiku sekarang padang ilalang.”

“Maaf…” 

Aku bisa dengar, dengan berat hati kau ucap satu kata itu. Aku lelah harus menerka air wajahmu untuk kesekian kali.

“Aku maafkan. Tetapi aku sudah tidak bisa bersamamu lagi.”

Please, Kamu rumahku. Sejauh apapun Aku pergi, selalu kembali mencarimu.”

“Dan kamu tahu betul, bahwa aku tidak ingin kamu pergi. Aku bukan sembarang hati yang bisa kau singgahi semaumu.”


Baru kali ini, pantai tidak membuatku lupa waktu.

Aku hanya benar-benar ingin menyudahi segala percakapan tanpa arah. 

Aku ingin membuih, pergi jauh ke tengah laut agar tidak mendengar segala perkataanmu lagi.