Thursday, April 5, 2018

Ba la da.

Aku ingin memetik matahari sebelum lingsir. Agar tetap merona, kuulaskan di pipimu.
Mugkin aku tak tahu atau lupa untuk apa mencintaimu,
dengan melukai dada.  Bersama celah waktu yang selalu terbuka.

Cinta adalah sejumlah luka
Yang nyerinya masih kutampung
di dada dan lambung.


(bahkan setelah ratusan senja, sakitnya tak kunjung reda. Ia luka dari bahagia yang sebenarnya tak pernah ada)

Antara Jakarta dan Bandung.

Kamu memang tinggal di sana, dan di sini.

Di sana, jauh di angan-angan. Menyentuh mega, menyublim dengan angkasa, bersama rindu dan pedih yang menggema.

Di sini, di palung hati terdalam, di sela degup jantung menghentam, di aortaku, menderas namamu jutaan kali.