Friday, September 26, 2014

Dari Jauh I

Cukup bagiku hanya memerhatikannya. Ketika Ia tertawa, ketika Ia memicingkan mata, kemudian mengambil pena dan kembali menulis. Serius mendengar atau terkadang menjawab pertanyaan-pertanyaan dosen depan kelas. Kakinya tak bisa diam. Mungkin dia kelebihan energi. Tangannya lincah mencatat. Setengah jam kelas berjalan pasti Ia akan menguap, mungkin mengantuk. Rambutnya lantas diikat. Bandung memang membuat gerah akhir-akhir ini. Padahal lokasi kampus lumayan tinggi. Angin sejuknya hanya bertahan sampai pukul sepuluh pagi. Ini kerjaanku di kelas akhir-akhir ini. Kalau kami berpapasan di lorong luar dan mata kami tidak sengaja  bertemu, Ia akan tersenyum sebentar. Rambut panjangnya begoyang-goyang. Setelahnya, aku bersembunyi di kerumunan. Supaya pipi yang memerah ini tidak kelihatan.

“Aku duluan, ya.”
“….Silakan. Hati-hati.”

Hai perempuan, sampai kapan tenggorokan ini hanya berhenti di kalimat tadi?

**

Untuk orang-orang, kawan-kawan yang cintanya terlalu betah disembunyikan dan terlalu malu dikatakan. Terkadang, perasaan terlalu indah untuk diendapkan...