Wednesday, November 14, 2012

Cemburu

Hai, aku ada beberapa permintaan.

Boleh aku minta belati untuk aku tusuk tepat di jantung hati? Supaya suara degupan itu tidak mengganggu dan tidak pernah ada lagi.
Boleh aku minta panah untuk busurnya kubidik tepat dimata? hingga retinamu keluar dari kelopak, dan pupilmu jatuh di tanah?
Boleh aku minta bawakan senapan dan membiarkan butir pelurunya bersarang di otak? tepatnya di tengkuk belakang, sehingga dalam sepersekian detik kau kuberi waktu untuk menghirup sedikit ingatan yang sengaja kau kekang?
Boleh aku cabik-cabik seluruh daging yang ada di pipi, sehingga untuk tersenyum pun muka manismu tak mampu, atau lebih baik lagi, semua perlahan membusuk, lalu burung gagak menghampiri dan dengan lahapnya kawanan itu menggerogoti merah segar yang bercokol dan membentuk serupamu
hai, gadis.
Boleh aku sayat semua keindahan yang pernah ada? boleh ku robek perlahan, ku kuliti pembuluh darah dan kutarik syaraf-syarafnya hingga darah menyemburat dan kau tak lagi merasa ngilu?
Atau yang termudah,
Boleh kuberi minumanmu racun lalu kutatap matamu, sampai airmukamu tercekik dan busa tertumpah dari mulut? Lalu kunikmati semua kesakitanmu dengan segelas anggur yang isinya airmata karena kau sembilu
Atau bolehkah aku culik? Lalu kubuang di tengah jalan, atau kutendang ke jurang, atau kucakar wajahmu dengan nafsu yang meluap
Atau boleh aku tusuk dan ku bilah-bilah semua bagian di jiwamu
Yang menjadi kenangan pada masa lalu
Atau boleh ku kelupasi semuanya, kelupasi semua bahagia, kurendam dengan air panas lalu air garam menyucinya, perih.

Aku menyublim menjadi amarah, aku berkawan dengan semua kejam yang pernah ada. Tak peduli pada diksi dalam kalimat-kalimat ini, atau bahkan bisa jadi inversi.

Aku cemburu

Aku tak mau lagi menghadiahimu dengan berjuta juta kata, puisi lagi. Aku ingin memastikan bahwa kau selalu, selalu tepat di pelukanku, saat matahari menyuruhku untuk bangun pagi. Atau kukunci semua kamar, kututup semua jendela dengan teralis besi supaya keinginan keinginan jadi terpendam dan aku tahu kehendak siapa kau akan bertemu bercerita
Agar kau tak bisa kemana-mana
Sebut aku setengah hamlet yang gila
Atau Penyair yang terlalu dibuta cinta
Tapi;
Kau bisa setia?

Karena ketidakannya akan membunuh perlahan,memecut namamu yang selalu jadi titimangsa. karena mendua, percayalah, akan menyimpan luka pengkhianatan di dalam singgasana -
Tampaknya cukup ngilu, setelah sekian lama perjalanan ke pelaminan, haruskah lagi kurajut kepercayaan hingga kian mataku memerah sampai lelah?

Aku cemburu.
Turut berduka!
Baju apa yang harus kukenakan untuk pemakamanmu? Ku ikhlaskan saja aku belum tentu mampu.

Sudahlah, hatiku remuk redam.
Aku cemburu

No comments:

Post a Comment