Monday, July 30, 2012

Kita Tahun Itu

Kita bertemu lagi di kedai kopi langganan, di ujung jalan, yang biasanya penuh antrian. Aku melihatmu di sana. Memegang handphone mu dan mengetik serius.
Aku memerhatikanmu, entah kau acuh atau tidak. Entah kau menyadari datangku atau tidak.


You’ve be on my mind…
I grow fonder every day.
Lost my self in time
Just thinking of your face


Aku seksama, aku tersenyum.  Wajahmu terus menunduk dan terkadang tanganmu yang satu lagi menggaruk rambut,. Ah, kebiasaan.
Dan aku berjalan lagi, mendekati.


I don’t know why I’m scared, I’ve been here before
Every feeling, every word, I’ve imagined it all


Langkahku tertahan.
Maaf. maafkan aku untuk kau kutinggal tanpa jejak enam tahun lalu, maafkan aku untuk ketiadaan yang tiba-tiba dan kisah kita berlalu begitu saja, maafkan untuk semua telepon yang tak pernah aku angkat. Maafkan untuk semua obrolan yang tak pernah di dalamnyaa aku coba bicara. Maafkan untuk semua yang aku libatkan dengan rasa.

Kita, tahun duaribu empat.
Kita yang baru belajar bersama dan tanganmu yang pertama mengisi genggamanku erat.


If I’ve been on your mind
You hang on every word I say
Will I ever know how it feels to hold you close?


Aku melanjutkan langkah, mendekatimu.
Dan, kau mendapati aku.
Kau tersenyum, memasukkan handphonemu ke saku celana, dan keluar dari antrian. Mengambil dua roti kering, dan mencari tempat duduk. “Yuk sini. Duduk.” katamu.


I know it aint easy, giving up your heart..


“So, how’s life?”

Sekarang aku yang tertunduk. Tidak mungkin aku membiarkan kau tahu bahwa aku masih menyimpan semua rindu itu, dalam sekotak hati yang tidak pernah berhenti mencari. Tidak mungkin juga aku mengutarakan. Tidak mungkin juga aku terus terang untuk masihnya harapan.

“Maaf”

“Untuk?”

Padahal itu aku ucap bukan sekedar maaf biasa, padahal itu aku ucap bukan maaf yang sepenuhnya peynyesalan. Itu maaf yang beserta, itu maaf yang juga mengemas, maaf yang lebih dari... Aku masih sayang, aku rindu, aku masih ingat..



So I dare to you let me be, your one and only.
I promise I’m worthy to hold in  your arms.
So come on and give me a chance,  to prove that I’m the one who can
Walk that mile until the end starts.


Dan semua cerita yang ku dengar tentang lukamu yang tidak kunjung kering itu jugalah yang membuatku makin-makin.



Kita, tahun duaribu empat.
Kita yang baru belajar bersama dan tanganmu yang pertama mengisi genggamanku erat.


*one and only, adele.









No comments:

Post a Comment