Thursday, August 4, 2011

Sisa Doa II

Sebelum istirahat
Ku arungi samudra barang sejenak, lima menit saja
Dengan kamu sebagai nakhoda
Lelaki tampan dengan cawan anggur di tangannya
Menikahlah sudah
Dengan masa depannya

Sebelum retina memutuskan bertapa
Aku rela diajak nakhoda berlayar melewati lautan
Hingga yang terdengar adalah ombak pecah karang di telinga
Tanganku,
Digenggamnya
Masa depanku
Ada pada
nya

Sampailah hingga di satu pulau
Bernama pulau rumah tangga
Kosong pulaunya
'Untuk sekarang' - kata nakhoda

Dasar otak tidak bisa diam barang sejenak
Satu menit dia berputar
Tidak tertemu alasan
'Akankah aku disana?' - tengilku malah ber angan.

Perahu menepi
Nakhoda turun hanya sekaki
Dituntunnya aku
'Kamu diam disini' telingaku dibisikki
'Kamu mau kemana?' Balas diri
'Masih akan aku berlayar, hingga cukup segalanya'
'Untuk apa?'
'Untuk kamu.'
'Dan pulau ini'
'Untuk aku'
'Dan jiwa baru yang akan kau beri nanti'

Kakiku menapak pasir, yang kali ini, terasa lembut sekali, bahkan laut sepertinya hangat seperti air bak mandi tiap hari.

No comments:

Post a Comment