Friday, August 5, 2011

A & A

dia datang bersama angin, dan serta-merta membawa mendung yang dikandung awan. dia datang bersama tangis, dan tak luput mengajak perih.

"itu terasa sekali, rasa ini terus di-sabotase."
"saya belum pernah dalam kondisi seperti ini sebelumnya."
"kamu lagi apa? bicara pada angin? - iya, rasanya sejuk."
"bawakan tissue, dan pergilah."
"aku dan kalian menangis, meregang di antara ruang"

dia mencetuskan sebuah aroma dan rasa yang berbeda, sebuah citarasa tingkat tinggi. tidak usah dimakan semua, cukup mencicipi, dan rasanya akan menjalar ke seluruh tubuh. rasa yang menggila, yang menjadi candu, melebihi kafein -sang bonus karena rajinnya tidur larut malam. "terus sakiti aku. parut jantung dan hatiku. berikan aku tekanan lebih berat lagi. peras seluruh tenagaku untuk mencintai kamu. sang egois." lalu tidur larut malamku setuju untuk itu. setuju untuk sakitku.

"aku masuk dalam kondisi yang tak pernah aku datangi dan alami sebelumnya. bahkan mengecap sedikitpun tidak pernah."

dan aku bertanya: apakah yang sanggup mengubah luka menjadi pualam,
yang membekukan air mata menjadi kristal garam?
sahabatku berkata: waktu.
hanya waktu yang mampu.

jadi, selama ini? sia-sia?

sekarang tentang malam, malam yang ikhlas dikupas, ditelanjangi, dicerca, atau disuruh-suruh. malam yang tidak pernah kehabisan waktu untuk bercerita, meninabobokan, dan mengajak berkenalan dengan semesta di luar sana. yang memberitahuku akan tingginya gunung, yang mengokohkan pandanganku, yang memberitahuku akan panasnya api, yang rajin membacakan alam, dan yang mengajariku hidup. malam yang mengerti aku. dan malam yang satu ini malam yang hebat, malam yang memiliki dua nama. nama satunya lagi, nama yang dengan jelas menggambarkan dirinya. malam yang sering berloncatan, malam yang penuh kerlipan bintang, malam yang sejuk, malam yang menemani. malam yang tidak pernah kenal pamrih.

No comments:

Post a Comment