Tuesday, July 15, 2025

Mata Palu

Seseorang mengetuk dahiku, berkata tentang angka-angka yang berdansa dalam berkas

Ada jari gemetar menekuk pasal, seperti payung yang lupa cara membuka dirinya saat hujan. Lalu aku dipukul lagi, seperti pintu hotel murah yang tidak pernah dikunci dengan benar


Aku pernah jatuh cinta pada meja, tapi ia hanya diam, menyimpan rahasia dalam urat kayunya Seorang hakim tua menggenggamku dengan tangan yang bau tinta sisa perjamuan
Ia memukulku, tapi suara yang keluar bukan suaraku, melainkan desah kursi yang dipaksa setuju


Aku ingin tidur di dasar sungai, bersama ikan-ikan yang membaca koran pagi
Seseorang mengeringkan dahinya dengan selembar kalimat yang sudah mati sebelum diucapkan Aku diketuk sekali lagi, kali ini lebih keras, seperti kepala yang menabrak dinding di ruangan interogasi


2025


No comments:

Post a Comment