Monday, February 27, 2012

Megamilikku

Jarang,
aku menangis di pagi buta seperti ini.
Atau entah dimensi mimpi yang tidak sengaja tercerabut keluar sehingga menyisakan sedikit bulir untuk aku susut.
Dan kamu,
apakabar?

Ada perasaan yang ingin meledak, di saat aku membuka mata untuk menjalani aktivitas, dan ada banyak labirin dan bermain teka-teki
denganku

Aku menangis di pagi
Karena mimpi
Aku melihat perasaan yang di iris menjadi lima bagian
Aku menangis di sekeliling awan
Karena riak
Buihnya pecah jadi perih untuk kesekian kali

Aku menyulap pagi menjadi kebermulaan sebuah penyelesaian
Dan selamanya menjadi kefanaan
Di pinggir, aku masih menunggu
Kamu 
menepi
berhenti
seperti di perempatan jalan sore hari
aku menunggu, menghitung daun gugur
trotoar sampai memerhatikan aku

katanya, untuk apa aku
diam
katanya, bisa saja aku
pergi
katanya, lebih baik aku
lalui

di perempatan itu, ada analogi
dalam jam dinding
dan detiknya
dan secangkir teh pahit sebelum tidur
sepekat itu aku memikirkan kamu
selama itu aku bermain dengan dimensi waktu
kau ketahui, sudah tiga hari aku tidak bisa tidur
namamu menjadi penyumbat pembungkus nadi
dan kau lari,
membawa degupanku
dan kau pergi,
membawa peparu

aku perlu
menyadur ulang
kata
seperti aku perlu
memilah
yang tidak kentara

s
se
sel
sela
selal
selalu

tidak perlu lagi penjelasan
apalagi kau selebih pengertian.

No comments:

Post a Comment