Saturday, February 23, 2013

Klapertart


Kisah dimulai selalu pada sore hari, saat secangkir teh tawar, dan sepotong kue selalu menjadi pelengkap  dalam merenungi senja. Menunggu pergantian waktu, melihat matahari jatuh tidur dan terbangun dengan gelap langit, dan kali ini, seperti sore-sore yang sama seperti sebelumnya...
Diisi dengan otak yang terus-terusan bertanya, hati yang ternyata (masih) saja gelisah. Tentang mengapa susah merealisasikan ribuan kata, menjadi sosok mencinta yang ikhlas apa adanya, yang rela, yang nrimo…

Sembari menunggu matahari tidur lagi,
aku ingin sedikit saja mengadu pada sore hari, mencoba mencipta suasana untuk selalu tenang, untuk menjadi lebih baik tiap senjanya, ikut menenggelamkan apa yang buruk pada matahari, dan biarkan yang merugikan itu semua ikut turun ke peraduan, sehingga jauh-jauh dari aku,

Teh tawar.
Setelah apa-apa yang memusingkan masuk kepala, dan dengan susah payah diuraikan, setelah ingatan-ingatan yang tidak mau dirasa, secara tiba-tiba jadi ada, dan kembali menyayat apa yang sudah mulai mengering. Aku mencari penawar sesegera mungkin, aku mencoba memaafkan. Mencoba melupakan,  mencoba memercayai. Mencoba kesana-kemari untuk meyakini, untuk menyatukan apa yang terbagi, terdistraksi.
Jika kau terus tanya, untuk apa kuseruput secangkir teh tawar tiap harinya,
untuk mencari sekepul tenang,
untuk menggenggam serasa ikhlas
untuk mengelabui
untuk menjadi pelupa

Entah apa yang salah, entah apa yang menjadikan rasamu sangsi. Padahal jelas tahu, aku sekarang yang jadi juaranya. Aku yang akan jadi milikmu sampai nanti, sampai mati. mungkin untukmu, itu bukanlah jadi satu makna, setengah dariku-pun setuju denganmu. untuk apa membahas yang lalu-lalu

sepotong kue apa yang kudapat sore hari ini?

Klapertartnya ternyata dari rocca, kau beli setelah kau bilang "jemput teman" dan bersama buka puasa, padahal jelas kita ada ditempat yang sama, aku melihat dengan kedua mata yang sampai sekarang masih ingin mengairmata.
di sebelahmu, pada saat itu? ada siapa?

Ya, memang ternyata seperti klapertart. Kue yang dilihat orang tepiannya kering, renyah. tapi tengah-tengahnya, lembek, rapuh, basah..

setelah menjadi sekumpul metafora, alusio, dan menjadikannya sebagai alegori, 
perih.

* Ya Tuhan, setelah aku belajar memaafkan, dapatkah "melupakan" menjadi satu kata kerja yang mudah pula?

Jikalau ini yang namanya sakit, aku ingin dikemas seindah mungkin, dengan pita merah muda bentuk hati.

No comments:

Post a Comment