Thursday, July 10, 2025

CELOTEH IKAN SAPU-SAPU

Aku ini ikan sapu-sapu. Iya, yang biasa kamu sebut "ikan jorok", "ikan pembersih kaca", padahal yang paling kotor itu bukan aku...tapi kebijakan kalian yang setengah matang, setengah matang tapi ditaruh di piring mewah, seolah bisa dicerna. Huh. 

Sudah dua jam aku ngendon di pojok kolam taman kota, mendengarkan dua bocah ribut minta dibeliin es krim. Ibunya menolak, katanya, “itu bukan makanan sehat, sayang.” Tapi lima menit kemudian dia beli corn dog, yang di luarnya keju mozzarella, di dalamnya sosis ayam impor. Katanya makanan sehat mahal. Aku ngeludah gelembung sarkas. 

Di Portugal, sekolah ngajarin anak-anak masak sendiri dari kebun sekolah. Di Swiss, pasar mingguan penuh makanan organik, dari nenek-nenek petani yang lebih segar dari influencer skincare lokal. Di sini? Organik mahal, UPF murah, anak-anak dicekokin keju bubuk dan bon cabe dari usia balita. Dunia terbalik, dan aku nyeret lumut sambil mikir, mungkin Tuhan iseng waktu bikin negeri ini. 

Denger-denger tetangga kolam sebelah baru melahirkan. Operasi sesar, katanya 24 juta, diskon kalau pakai BPJS, itu pun kalau dokternya nggak mudik. Di Swiss? Semua perempuan melahirkan ditangani tenaga medis yang tidak sempat jadi selebgram. Di sini? Dokter spesialis harus buka TikTok dulu biar dipercaya pasien. BPJS? Antriannya bisa bikin ikan cupang stres. Ngomong-ngomong stres, anak-anak zaman sekarang nggak bisa main di lapangan tanah kayak dulu. Mau les basket, harus bayar 1,5 juta per bulan. Baru dapet kaus dan panggilan "adik-adik" dari pelatih. 

Di Portugal, anak-anak main bola di trotoar, nggak usah daftar, nggak usah bayar. Di sini, trotoar dijajah pedagang, motor, dan kadang tuyul. Eh serius, ada tuyul nyebrang tadi pagi. Mau naik angkot katanya, tapi bingung rutenya. Aku ketawa. Transportasi umum? Halah. KRL sering mogok, MRT cuma bisa buat selfie, dan bis kota... ya, jangan tanya deh. Bahkan aku, ikan, lebih ngerti jalur sungai dari pada supir Trans.

"Kenapa kamu bawel banget, Sapu?" tanya si lele putih yang baru pindah dari empang belakang kampus negeri. "Karena kita hidup di negeri yang lebih suka ngecat tembok rumah sakit daripada nambah ventilasinya," jawabku. "Apa hubungannya?" "Nggak ada. Sama kayak kamu daftar subsidi tapi nggak pernah dapat.. nggak ada hubungannya sama logika." 

Di dasar air ini, aku lihat segalanya. Pemerintah yang pamer kebijakan kayak pamer aquascape: cantik, tapi nggak fungsional. Ikan-ikan makin lelah berenang melawan arus. Dan aku? Aku sapu-sapu. Tugasku membersihkan. Tapi kalau limbahnya terus datang dari atas, percuma aku diam. Maka aku ngomel. Kalau kalian malas mendengarkan, jangan salahkan nanti kalau aku naik ke permukaan dan minta KTP. Siapa tahu, bisa nyalon jadi menteri.


No comments:

Post a Comment