Ada yang
kau rindukan, aku paham.
Kau lupa bermanifesto
dengan pikiranmu
Bermonolog
sepanjang hari, pagi malam kau meracau, namun dalam hati
Kicau burung
menjadi epilog,
Untuk ikut
berzikir denganmu, setelah satu cangkir teh itu
Karena
memang jika siang,
Kota ini
ramai, Ma, Pa
Tapi bisingnya
lain, lengkingan itu kudengar dari hati yang sepi
Riuhnya berbeda,
jeritan itu kudapat dari jiwa-jiwa yang luka
Tenggelam
di laut sendiri itu menyenangkan.
Ada yang
kau rindukan, aku paham.
Tentang kota dan kerinduan yang hanya sebatas ingin. Semua terjamah keserkahan. Salut dan sukses untukmu Secangkir teh
ReplyDeleteterima kasih telah menyempatkan bermain ke blog ini. Sama-sama. Semoga doa baik kembali kepadamu.
Delete