berpuluh tahun kayu dijatuhi keringat-keringat bau hasil raga estetika. kadang melongok sedikit ke atas mengintip peran apa di sana dan siapa yang sedang ambil peran
penjudi sampai bang haji pernah duduk sila di atasku, kata kayu.
kayu tertawa sendiri melihat mata-mata penonton di seberang sana, menatap terpana atau kadang mengerengut karena tak paham akan mulut seni bicara. bisa jadi menangis sampai matahari datang dari batas pagi. sekedar menyeruput kopi-kopi, berdiskusi.
karena gedung itu tak pernah sepi. di dalamnya ada kayu-kayu yang terus saja menanti, walau lampu lampu sorotnya telah lama mati
kadang ada beberapa sejoli yang sesekali mampir,
untuk kali ini lebih baik tutup mata saja, malas ku lihat mereka berpagutan, kata kayu.
2013
kadang ada beberapa sejoli yang sesekali mampir,
untuk kali ini lebih baik tutup mata saja, malas ku lihat mereka berpagutan, kata kayu.
2013
No comments:
Post a Comment