Bagiku, menulis puisi adalah bernapas melalui rongga dadamu, melihat dengan kedua bola matamu, dan melekatkan aku di sendi-sendimu
Bagiku, menulis puisi adalah menari nari dijejak langkahmu, tersenyum di lengkung bibirmu, dan menjadi airmata di tangis-tangismu
Ketika langit meredup rupa magenta, di sanalah doa mewujud ada,
di mata raksasa yang menguasa senja
di surau surau lama yang bersuara
Lepas malam;
Kau dan aku bertemu
Kapal kapal tua bercerita, melukis kaki kaki
Kau menelusur tengkuk sampai nadiku, kau cipta cinta sejentik jari
Dan aku kembali menuliskan jiwa jiwa semurnimu, kau mengkristal dalam kalimat-kalimat, mengendapkan makna-makna
No comments:
Post a Comment