Aku mengiris pelangi yang tujuh warna itu
Ku ambil satu
Ternyata warna biru
Mengenai rasamu yang dikira rancu
Ternyata menjadi dialek yang ketir
Birunya biru satir
Ternyata kembali bermuara rasa
Yang tidak bisa ku tinggalkan
Sepertinya kau pemanis diorama
Yang berbahaya
Pelangiku biru
Birunya biru satir
Aku tak tahu
Melepas kamu atau
Terus kubelenggu
II
Enam warna yang lain datang memberi cerah
Dalam celah
Bidadari meluncur turun
Dan siluetnya mengajakku-
Berdansa
Tak mau aku,
Selain warna biru
Tak indah untukku
Selain satu itu
Semestinya aku
Tahu
Ah entah
Pelangi biru
Kenapa harus kamu?
III
Sementara yang lain terpesona dengan keenam warna-warninya
Aku terus mencari
Kamu
Pelangi biru
Yang berseteru waktu
Mungkin kau tahu
Kenapa ku cerabut satu
Sederhanamu membatu
Dalam mataku
Sekelilingmu merdu
Untuk jiwaku
Di bawah biru itu
Emosiku menjadi sirkus
Yang tidak biasanya
Menjadi keresahan
Yang melompat-lompat
Seperti huruf-huruf
Yang membuatku tersandung
Aku tidak bisa memberangus rasa,
Biru,
Nyamanku denganmu
Dan sekeping sore membangunkanku,
Bolehkah aku genggam secuil,
Pelangi,
Biru?
"Untuk pertama kalinya, aku merasa amat dekat, dan tidak merasa takut karenanya."
No comments:
Post a Comment