Ini sajak terbuat dari luka yang tersayat
Dikerat kerat kulit jiwanya
Dikelupasi nuraninya
Ini sajak dari kerontang raga yang dibalut tulang
Airmata semalam membuat telaga
Renungan yang hasilnya belaka
Napasnya terengah, lari dari dini hari yang cukup dingin
Duduk di bawah pohon beringin
Berharap sakitnya diculik angin
Menatap cawan kosong yang semestinya terpenuh racun
Dan berharap sudah mati ketika pagi dibasahi embun
Tidak, Ia bukan melarikan diri
Tidak ada lagi yang dilakukannya kecuali mengejar maut itu sendiri
Menarik pelatuk senapan, mencabut belati
Kelamnya ingin ditikam sendiri
Bermunajat agar menjadi mata air yang mengisi sumbernya sendiri
Justru fase mentari membuatnya terbakar hingga merona merah nadinya
Hingga hidupnya disemat pada kupu-kupu yang hinggap
No comments:
Post a Comment