Cinta dan luka
Yang bisa kau perkirakan
menghabiskan
banyak tenaga
Sehingga nanti ketika kau menangis
dalam jenggala
Kepalamu ikut tumpah
masuk pada kekabutan
Yang entah di mana
Terbit cahaya
Entah aku
meneteskan untuk apa. Yang kentara, adalah pepat di dalam lubang menganga. Di kepala,
dan di dada. Tidak berhenti. Tidak bisa kutemukan, aku mencari ditumpukan
memori masa lampau. Ah mungkin tertumpuk di kiri, aku sejenak menggapai. Tidak ada
apa-apa.
Yang kentara,
adalah pepat dicampur lubang menganga. Entah apa isinya.
Aku seakan
dipermainkan waktu. Kalau begini caranya, mending aku terjungkal jatuh, seluruh
tubuhku pecah terburai sehingga tidak perlu bingung. Harus aku apakan ini. Tapi
aku tidak lelah. Tidak sama sekali. Namun sialnya, ini tidak dapat kunikmati. Meleleh
lagi, meleleh lagi.
Yang
kentara adalah pepat di dalam lubang menganga. Entah apa isinya.
Setiap pagi
aku selalu berdiri di teras, menunggu matahari mengenai dada. Aku berharap akan
membuat setidaknya lubang ini gosong dan pepat ini menjadi melompong. Aku bercerita
pada burung gereja yang sengaja selalu kuberi makan, sehingga ia datang, tentang
yang kualami ini. Sepertinya Ia kasihan padaku. Perempuan umur dualima, di Jakarta,
sendirian pula. Jadi sebagai balasnya, burung itu akan bersiul semenit duamenit.
Mungkin Ia memberikan tanda bahwa sebenarnya Ia mendengar. Sambil membersihkan karat yang ada di teralis
besi, aku ditimpa cahaya matahari. Hangat, namun gila. Ini luar biasa ajaib
kosongnya.
Dan kemudian
aku menjemur beberapa baju. Setelah burung gereja tadi pergi, datanglah kupu-kupu.
Aku salut padanya. Dia bisa terbang hingga ketinggian lantai 19 apartemen ini. Sayap
tengahnya biru, dengan alur hitam emas. Persis seperti rajah di bawah lengan
kiriku. Dan dia senang diam di balik telapak tangan. Mungkin memerhatikan gambar
itu dan dipikirnya bahwa rajahku adalah kekasihnya. Ia menari-nari kecil. Dan aku
akan mulai berbicara pada si kupu-kupu biru. Dan ia memelankan kepakan
sayapnya. Mungkin seperti burung gereja tadi, ia memberi tanda bahwa sebenarnya
sedang mendengarkanku. Aku menjejerkan beberapa kaos, kali ini matahari sudah
berpindah. Siut angin membuat aku
melamun. Sejuk, namun gila. Ini luar biasa ajaib kosongnya.
Yang kentara
adalah pepat di dalam lubang menganga. Entah apa isinya.
Kau ingin
coba mengintip?
Silakan. Beri
tahu aku jika kau melihat sesuatu, aku mau masuk dulu. Air panasku mendidih.