Malah asyik mencumbu bangkai kupu-kupu
Keindahannya mengingatkanku pada kefanaan
Yang senantiasa menyalakan rindu
Dan kerapuhannya menjadi bagian dari waktu
Mungkin kerlip bintang masih bertanya tentang cinta
Tentang persetubuhan lampu dan cahaya
Dengan ujung jemari kusentuh tepi cakrawala
Suaraku patah oleh cuaca yang kehilangan bahasa
Dan airmataku terserap udara yang bertuba
Dahan-dahan mengelam saat memahami kehilangan
Ngungun menahan kepergian daun demi daun
Kesedihan menjadi ungkapan musim yang berganti
Ingin kubakar diriku agar sabar seperti debu
Dan bangkai kupu-kupu biarlah lebur bersamaku
Langkahku yang berat
Menyeret bangkai jam. Di hutan
Pohon-pohon menghalau cahaya pagi
Sedang di sungai mengalir sepi
Dan aku membuat perahu dari kenangan
Untuk melayari matamu. Aku ingin tidur
Melupakan dunia dan bermimpi
Matamu menjadi sesejuk embun pagi
Ketika kutenggelamkan seluruh mimpiku
Di sungai waktu. Di matamu ada cahaya kecil
Terpercik dari perasaan-perasaan kecil
Dari susunan huruf-huruf kecil
Tapi langkahku kian berat dan dalam
Menembus hutan. Membongkar ingatan
Sunyi ternyata ruang yang diciptakan peristiwa
Rindu hanyalah permainan terang dan gelapnya dunia